Suasana di Kintamani yang mengalami peningkatan kunjungan saat libur Lebaran. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Momen libur Lebaran tahun ini membawa berkah bagi pengusaha hotel, penginapan dan restoran di Kintamani. Banyaknya wisatawan yang berlibur ke Kintamani membuat hunian hotel dan penginapan penuh.

Ketua PHRI Kabupaten Bangli, Ketut Mardjana mengatakan saking ramainya, jalanan di Kintamani sampai macet. Tidak saja lokal Bali, wisatawan yang berkunjung ke Kintamani banyak dari luar Bali juga asing. “Hampir di seluruh restoran penuh wisatawan. Hotel, penginapan, glamping ramai sekali. Full,” ungkap Mardjana, Kamis (5/5).

Baca juga:  Money Changer Bodong di Kuta "Tiarap"

Selaku ketua PHRI Bangli, ia sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kebijakan Presiden dan Pemkab Bangli. Karena kebijakan tersebut mmberikan dampak ekonomi luar biasa bagi masyarakat.

Kata Mardjana, sudah dua tahun pengusaha hotel dan restoran di Bangli menghadapi situasi dan beban yang berat akibat pandemi COVID-19. Penerimaan kecil bahkan nihil, sementara kewajiban harus tetap dibayarkan pengusaha.

Hal ini diakui Mardjana membuat pengusaha pusing. “Astungkara sekarang kunjungan ke Kintamani luar biasa membludak. Mudah-mudahan ini menjadi pembelajaran, baik pemerintah maupun pengusaha untuk melakukan review bersama. Bahwa masalah beban biaya kepada pengunjung menjadi sangat strategis untuk membuat mereka datang. Di sisi lain, kesadaran pelaku pariwisata membayar pajak juga strategis,” kata Mardjana.

Baca juga:  Dibuka Lagi Sejak Juni, Pura Kehen Dikunjungi Ribuan Wisman

Menurutnya kolaborasi antara pemerintah dan pengusaha sangat diperlukan dalam pembangunan pariwisata. Pemerintah tidak bisa semena-mena membuat regulasi, sementara pengusaha harus mensupport apa yang menjadi kewajiban kepada pemerintah.

Mardjana memperkirakan tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Kintamani akan berlangsung sampai 8 Mei. Namun pihaknya berharap tingginya kunjungan bisa terus terjadi meski libur Lebaran sudah usai. “Harapan kami ini bisa terus berkelanjutan. Untuk itulah pemerintah tidak bisa membuat regulasi yang mmberatkan pengunjung. Karena dia (pengunjung) pasti akan lari,” pungkasnya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Air Danau Batur Meluap, Puluhan Rumah di Desa Terunyan Terendam
BAGIKAN