DENPASAR, BALIPOST.com – Sebagai wujud sradha bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta membantu sesama umat khsususnya dalam situasi pandemi, Desa Adat Panjer menggelar upacara mapandes atau matatah massal. Desa adat ini sebelumnya juga sempat menggelar beberapa kali kegiatan pitra yadnya secara massal.
Apa yang dilakukan ini merupakan cermin dari pelaksanaan kegiatan adat dan agama yang dapat membantu meringankan kramanya dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan. Semua kegiatan ini dilaksanakan di Lapangan Wantilan Desa Adat Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, pada Kamis (21/4).
Bendesa Adat Panjer yang juga sebagai Ketua Panitia Karya Matatah Massal, A.A. Oka Adnyana mengatakan, rangkaian upacara ini sudah dimulai sejak tanggal 14 Maret 2022 yang lalu dan diawali dengan upacara Atma Wedana yang diikuti sebanyak 188 sawa.
Lebih lanjut dikatakannya, pada tanggal 21 April 2022 dilaksanakan upacara mapandes atau matatah massal yang diikuti 205 orang. Seluruh kegiatan ini dilaksanakan secara gratis dan sudah ditanggung oleh desa.
“Walaupun masih dalam situasi pandemi COVID, kami tetap laksanakan upacara ini dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain untuk menjalankan adat, kegiatan ini juga dapat membantu meringankan beban masyarakat dalam pandemi COVID-19. Namun selama kegiatan berlangsung kami tetap anjurkan kepada seluruh peserta dan masyarakat untuk tetap mengikuti anjuran pemerintah dan menerapkan prokes yang ketat sehingga tidak ada penularan kasus yang baru,” kata Oka Adnyana.
Kegiatan yang dilakukan Desa Adat Panjer ini diapresiasi oleh Pemkot Denpasar. Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, yang juga sempat hadir pada puncak acara mengatakan matatah ini merupakan upacara manusa yadnya yang memang wajib dilakukan oleh umat Hindu dalam hal ini para orang tua kepada anak khususnya yang akan menginjak usia remaja atau dewasa.
Lebih lanjut dikatakannya, selain merupakan sebuah kewajiban, upacara mapandes atau matatah ini merupakan sebuah upacara untuk mentralisisr sifat buruk yang ada pada diri manusia atau Sad Ripu yang meliputi Kama (sifat penuh nafsu indria), Lobha (sifat loba dan serakah), Krodha (sifat kejam dan pemarah), Mada (sifat mabuk atau kemabukan), Matsarya (sifat dengki dan iri hati), dan Moha (sifat kebingungan atau susah menentukan sesuatu).
“Mapandes atau matatah massal merupakan wujud bhakti kepada Sang Pencipta. Walaupun dalam kondisi pandemi COVID-19 kita harus tetap beryadnya, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, begitupun manusia dengan alam lingkungan harus tetap dijaga sebagaimana mestinya sehingga kehidupan tetap harmonis tetapi dengan catatan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan agar kita semua terhindar dari bahaya penularan virus COVID-19,” kata Jaya Negara. (Asmara Putera/balipost)