Hanif Yahya. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2022 mulai tumbuh positif jika dibandingkan dengan periode sama pada 2021. Dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (9/5), pertumbuhan ekonomi Bali tumbuh 1,46% (yoy).

Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2021, ekonomi Bali terkontraksi -4,27% (qtq).
Kepala BPS Bali Hanif Yahya, Senin (9/5) mengatakan, ada beberapa kejadian atau peristiwa
yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi Bali. Di antaranya capaian vaksis dosis ketiga
yaitu mencapai 46 persen mendorong pelaku perjalanan untuk bepergian. Hal ini merupakan akibat dari upaya dibukanya penerbangan ke Bali. Terlihat dari penerbangan internasional menuju dan keluar Bali mulai terlihat kesibukan. Aktivitas penerbangan internasional terlihat naik signifikan.

Baca juga:  Penerimaan CPNS Minim Sosialisasi Formasi Disabilitas

Selama triwulan I 2022, aktivitas industri pengolahan juga cukup menggembirakan dengan
pelonggaran PPKM dan meningkatnya upacara keagamaan. Kedua kondisi itu mendorong indeks manufaktur Industri Besar Sedang dan Industri Menengah Kecil. Pada triwulan I 2022, adanya pelonggaran bagi PPDN dan PPLN dan adanya berbagai kegiatan sosial, keagamaan, pendidikan juga mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan I 2022.

Namun, belum optimalnya realisasi belanja pemerintah menyebabkan ekonomi Bali belum
tumbuh optimal. Menurut Hanif, seperti tahun tahun sebelumnya, serapan belanja pemerintah
memang belum optimal pada triwulan I. Sementara aktivitas pertanian pada triwulan I menurun sesuai dengan pola musiman. Pada periode ini produksi komoditas belum tinggi.

Baca juga:  Musim Pilkada, Permintaan Iklan Luar Ruang Alami Peningkatan

Kantor dan sekolah yang tidak lagi menerapkan pembelajaran daring berdampak pada
turunnya lapangan usaha jasa komunikasi dan informasi.

Hanif mengatakan dari 17 kategori lapangan usaha, lapangan usaha akomodasi makan dan minum (akmamin) memiliki kontribusi terbesar dalam struktur PDRB dengan presentase
17,18%. Disusul pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan persentase 14,94%, dan konstruksi dengan persentase 11,23%.

Namun dilihat dari pertumbuhannya secara yoy (triwulan I 2022 dibandingkan dengan triwulan I 2021), pertumbuhan tertinggi dialami industri pengolahan dengan pertumbuhan 16,21%, pengadaan listrik dan gas 7,66%. Sedangkan pertumbuhan terendah yaitu administrasi pemerintah -10,33%, pertanian, kehutanan, dan perikanan – 2,84%, pengadaan
air -2,08%. “Pengaruh lapangan usaha pertanian yang terkontraksi 2,84%, berdasarkan penghitungan dari KSA merupakan akibat dari terjadinya penurunan produksi padi 28,68%
qtq, dan secara yoy turun 2,87% pada triwulan I 2022,” ujarnya.

Baca juga:  Bali, Posisi Kedua Terendah Tingkat Kemiskinannya Setelah Jakarta

Fenomena yang menyebabkan konstraksi lapangan usaha pertanian pada triwulan I 2022 yaitu produksi hortikultura dan perkebunan yang turun. Begitu juga produksi perikanan mengalami penurunan 40% secara qtq.

Secara qtq, lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh tinggi 7,37%, jasa keuangan dan asuransi tumbuh 6,47%. Sedangkan pertumbuhan terendah yaitu
administrasi pemerintahan -27,44%, jasa pendidikan – 12,42%, pertanian, kehutanan dan perikanan -9,33%. Kategori industri pengolahan yang tumbuh tinggi 16,21% dibanding periode-periode sebelumnya, transportasi dan perdagangan yang tumbuh ditambah akmamin juga mulai tumbuh 0,37%. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *