DENPASAR, BALIPOST.com – Kondisi pariwisata Bali selama libur Lebaran, cukup menggeliat dengan membeludaknya kunjungan wisatawan domestik. Namun, pascalibur lebaran, ternyata kondisi pariwisata kembali sepi.
Akibatnya, upaya pemulihan pariwisata akan berjalan lamban. Ini berarti ekonomi Bali belum akan segera pulih. Demikian disampaikan Akademisi Politeknik Pariwisata Bali, Dr. I Wayan Mertha, S.E., M.Si. dan Ketua DPD ASITA Bali, Putu Winastra, saat dihubungi, Kamis (12/5).
Mertha mengatakan, kunjungan wisata cukup menggeliat, karena libur panjang Idul fitri. Hal itu karena, orang euforia setelah dua tahun tidak bisa berlibur. “Jadi kunjungan sangat luar biasa, seperti terlihat lalu lintas di Bandara Ngurah Rai cukup banyak. Namun setelah selesai liburan, kondisi kembali sepi,” katanya.
Lebih lanjut menurutnya, agar pariwisata bisa kembali pulih seperti sedia kala sebelum pandemi COVID-19 butuh waktu. Hal itu disebabkan, pertama terkait dengan kondisi pemerintah masih menetapkan PPKM.
Artinya belum 100 persen bebas seperti saat sebelum pandemi. “Ini juga juga menjadi faktor penyebab keterlambatan orang melakukan perjalanan,” ucapnya.
Kemudian kedua, selama dua tahun pandemi, secara ekonomi banyak yang kehilangan pekerjaan. Yang tadinya punya tabungan, sudah habis untuk membiayai biaya hidup.
Sementara berwisata itu merupakan kegiatan setelah kebutuhan utama terpenuhi. Saat ini menurutnya, masyarakat masih dalam kondisi survival untuk bisa memenuhi kebutuhan utama dulu. “Untuk bangkitnya pariwisata memang sangat berpengaruh pada kondisi ini,” katanya.
Diakuinya, untuk masyarakat menengah ke bawah, sebagian besar masih menunda untuk melakukan perjalanan. Sedangkan untuk mereka yang menengah ke atas, ada yang melakukan perjalanan, tapi jumlahnya tidak terlalu banyak.
Sehingga untuk bisa pulih kembali tentu masih jauh sekali. “Tapi secara umum, mereka yang melakukan perjalanan adalah masyarakat menengah ke bawah yang jumlahnya cukup besar. Tapi saat ini mereka menghadapi permasalahan penghasilan dan saat ini mereka sedang memenuhi kebutuhan utama,” terangnya.
Sebagian besar wisatawan ke Bali saat libur Lebaran merupakan wisawatan domestik. Sementara Bali, menurut Ketua DPD ASITA Bali, Putu Winastra, didesain untuk wisatawan mancanegara. Domestik, kata dia, potensinya sebenarnya 10 juta ke Bali.
Menurutnya, Bali tidak bisa hanya mengandalkan domestik jadi harus diimbangi dengan mancanegara. Karena seperti diketahui, untuk wisatawan mancanegara persebarannya bisa sampai ke pelosok-pelosok. “Tidak bisa dimungkiri, karena memang destinasi wisata untuk mancanegara segmen pasarnya berbeda-beda,” katanya.
Kalau berbicara wisatawan mancanegara, dalam setahun pasti ada yang datang. Namun demikian, yang harus difasilitasi adalah lebih banyak lagi visa on arrival (VOA) yang diberikan kepada negara-negara yang mempunyai potensi.
Bukan hanya kuantitas namun juga kualitas. “Kita mengharapkan kementerian dan pemerintah agar meng-approach international airline lebih banyak datang. Meski yang datang tidak banyak, tapi spending money-nya banyak,” ucapnya.
Sementara soal kedatangan wistawan membanjiri Bali dalam waktu tertentu saja, Winastra mengatakan, kondisi Wisata musiman terutama wisatawan domestik memang sifatnya seasonal. Hal itu tidak bisa diprediksi, karena saat long weekend, biasanya tiba-tiba banyak, dan setelah itu tiba-tiba sepi. (Yudi Karnaedi/balipost)