Anak lelaki usia satu tahun yang kekurangan gizi Jiad Muhammad Jalal terbaring di matras di sebuah kamp pengungsi di Hajja, Yaman, Jumat (15/4/2022). Foto diambil tanggal 15 April 2022. (BP/Ant)

LONDON, BALIPOST.com – Untuk menyelamatkan jiwa anak-anak yang mengalami kekurangan gizi paling parah akan melonjak pada biaya pengobatan hingga 16 persen akibat invasi Rusia ke Ukraina dan gangguan pandemi. Demikian menurut Dana AnakAnak Perserikatan BangsaBangsa (UNICEF).

Dikutip dari kantor berita Antara, Selasa (17/5), bahan mentah untuk makanan terapeutik siap saji telah melonjak harganya di tengah krisis pangan global yang dipicu oleh perang dan pandemi, kata UNICEF.

Menurut UNICEF, tanpa pendanaan lebih lanjut dalam enam bulan ke depan, lebih dari 600.000 anak-anak mungkin kehilangan asupan gizi penting, yang berupa pasta berenergi tinggi yang terbuat dari berbagai bahan, termasuk kacang tanah, minyak, gula, dan nutrisi tambahan.

Baca juga:  PDIP Nilai Hoaks Kejahatan Peradaban

Namun, UNICEF tidak memerinci berapa banyak peningkatan pengeluaran yang diperlukan untuk mempertahankan program pemberian asupan untuk anak-anak malnutrisi.

Badan PBB itu mengatakan bahwa sekotak nutrisi khusus yang berisi 150 paket, yang cukup untuk enam hingga delapan minggu untuk merawat anak yang kekurangan gizi parah, rata-rata berharga sekitar 41 dolar AS (sekitar Rp600 ribu).

Selain tekanan yang lebih luas pada ketahanan pangan, perubahan iklim dan kenaikan harga juga dapat menyebabkan tingkat kekurangan gizi parah pada anak-anak yang mengarah kepada “bencana”, demikian UNICEF memperingatkan dalam sebuah pernyataan. “Dunia dengan cepat menjadi sebuah kotak virtual dengan peningkatan pesat pada kematian anak serta penderitaan yang dialami anak akibat wasting, yang sebenarnya dapat dicegah,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.

Baca juga:  Ukraina Tutup Wilayah Udara Untuk Penerbangan Sipil

Kasus parah wasting, yaitu ketika anak-anak terlalu kurus untuk tinggi badan mereka, berdampak pada 13,6 juta anak di bawah usia 5 tahun, dan mengakibatkan satu dari lima kematian di antara kelompok usia itu, menurut UNICEF.

Bahkan sebelum perang (di Ukraina) dan pandemi, dua dari tiga anak yang mengalami malnutrisi tidak memiliki akses ke makanan terapeutik yang dibutuhkan untuk menyelamatkan hidup mereka, kata UNICEF. (Kmb/Balipost)

Baca juga:  Situasi COVID-19 di Dunia Sangat Parah, China Keluarkan Imbauan Hindari Perjalanan Luar Negeri

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *