WATES, BALIPOST.com – Seiring pembangunan Bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA), Pemkab Kulon Progo membangun jalan yang akan mempersingkat rute ke Borobudur. Caranya dengan membelah Bukit Manoreh.
“Saat ini kami sedang membangun infrastruktur vital dengan pembangunan jalan dari Kulon Progo menuju Borobudur dengan cara membelah Bukit Manoreh,” kata Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo saat menerima Presstour Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di Wates, Sabtu (4/11).
Dikatakan Sutedjo, pembangunan jalan dengan membelah Bukit Manoreh sepanjang 65 km sudah mulai dikerjakan sejak 2016. Hingga saat ini pembangunan jalan ini baru sekitar 9 km dan diperkirakan selesai pada tahun 2022 mendatang. “Pembangunanya sudah mulai tahun 2016 dan hanya terealisasi 6 km dan pada tahun 2017 baru selesai 3 km, dan kami targetkan tahun 2022 baru selesai,” tegasnya.
Sebenarnya, tambah Sutedjo, selama ini sudah ada jalan yang menghubungkan Kulon Progo dengan Borobudur, namun kondisi jalan tersebut relatif kecil. Pemkab pun ingin melebarkan jalan dan membangun jembatan serta membuat jalan baru sehingga mempermudah dan memperlancar arus lalu lintas dari dan ke Borobudur.
Menyinggung tentang pembangunan NYIA, Sutedjo mengatakan, untuk pembangunan bandara baru yang dilakukan pemerintah pusat dan Angkasa Pura I ini diharapkan selesai 2019. “Ditargetkan Bandara Kulon Progo ini tahun 2019 sudah bisa beroperasi,” tegasnya.
Sementara masalah pembebasan tahan bandara NYIA ini, Sutedjo mengatakan, untuk pembebasan tahan dinyatakan selesai, walaupun ada beberapa masyarakat yang masih menolak. Pasalnya telah dilakukan konsolidasi dan uang gantinya sudah diserahkan ke pengadilan.
Nantinya akan dilakukan pemerintah upaya hukum dengan pemilik lahan bila tetap tidak bersedia maka setelah di pengadilan selesai maka tanah tersebut akan menjadi miliki negara. “Secara umum masalah pembebasan tanah sudah dianggap selesai, walaupun ada beberapa yang masih menolak namun uangnya sudah dititipkan di pengadilan,” tegasnya.
Sementara itu Kadispar Kulon Progo, Krissusanto mengatakan, pembangunan bandara dan pembangunan jalan membelah Bukit Menoreh berdampak pada meningkatnya wisatawan ke Kulon Progo. Pada 2016 lalu jumlah wisatawan ke Kulon Progo sebanyak 110 ribu orang. Namun pada 2017 ini diperkirakan meningkat hingga 300 ribu orang.
Serta pada tahun 2018 diperkirakan akan mencapai 400 ribu orang. “Kami memperkirakan jumlah wisatawan terus bertambah, walau tidak banyak, karena dua pantai kami kena dampak pembangunan bandara, kami hanya berani memperkirakan peningkatan wisatawannya sekitar 100 ribu per tahun,” tegasnya.
Menurut Krissusanto, di Kulon Progo ada sekitar 40 destinasi yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, seperti Nglliggo, Waduk Sermo, Kalibiru, Sidoharjko, Purwosari, Banjarsari, Banjarroya, Jatimulyo, Sidorejo, Purwaharjo. Namun Krissusanto mengakui, masalah yang dialami di semua destinasi ini adalah masalah sumber daya manusia (SDM).
Sementara untuk fasilitas, untuk beberapa destinasi sudah tersedia sekitar 220 homestay. Untuk pengembangan homestay ini ada 4 hotel besar telah melakukan pembinaan dan bekerjasama dengan pengelola dalam menampung wisatawan yang ingin ke Kulon Progo. “Memang SDM kami masih kurang dalam pelayanan untuk wisatawan, namun saat ini ada 4 hotel besar telah melakukan pembinaan dalam pengelolaan dan pengembangan homestay serta telah bekerja sama untuk menampung wisatawan yang ingin melakukan kunjungan ke Kulon Progo,” paparnya. (Nikson/balipost)