Dokter memegang botol vaksin untuk varian Omicron. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 berdasarkan pengamatan di sejumlah negara menyebabkan kenaikan kasus. Namun, dari hasil pengamatan di Afrika, tempat pertama subvarian ini ditemukan, tiga indikator penanganan pandemi relatif rendah. Demikian diungkapkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin (13/6).

Dalam keterangan pers secara virtual dipantau di kanal YouTube Sekretariat Presiden, ia mengungkapkan tiga indikator yang dimaksud, salah satunya puncak dari penularan kedua subvarian ini sekitar sepertiga dari puncak Delta dan Omicron. Indikator kedua, hospitalisasi dari subvarian ini juga sepertiga dari hospitalisasi Delta dan Omicron. Sedangkan indikator ketiga, kasus kematiannya sepersepuluh dari di Delta dan Omicron.

Baca juga:  Wapres Ajak Masyarakat Jangan Kendor Terapkan Prokes, Terus Jaga 5M

“Dilihat dari puncak kenaikan kasus maupun hospitalisasinya, dan kematiannya, jauh lebih rendah dibandingkan Omicron yang awal,” ujar Menkes.

Ia mengakui pihak Kemenkes mencatat hingga Senin memang terjadi kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Bali. Namun, menurut Budi, tren penularan COVID-19 masih terkendali.

Ini, berdasarkan indikator penularan COVID-19 di Indonesia masih di bawah dan belum melebihi standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). “WHO kasih standar ya. Untuk kasus konfirmasi level 1 itu adalah maksimal 20 kasus per minggu per 100 ribu penduduk, kondisi Indonesia masih di (level) satu, jadi meskipun ada kenaikan kondisinya masih di level satu,” ujar Budi.

Baca juga:  Ini Jurus BRI Jadi Perusahaan Terbesar di Indonesia Versi Forbes

Untuk tingkat transmisi dari productivity rate, Indonesia berada di level 1,36 persen atau jauh di bawah standar WHO yang sebesar 5 persen. “Sedangkan untuk reproduction rate atau reproduksi efektif itu juga dikasih standardnya di atas 1, yang relatif perlu dimonitor, kita masih di angka 1. Sehingga dari tiga indikator transmisi, kondisi Indonesia masih baik,” jelasnya.

Ia juga memaparkan telah terdeteksi delapan kasus COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia hingga Senin. “Sudah ada 8 kasus di Indonesia, 3 di antaranya imported case. Kedatangan luar negeri dari Mauritus, Amerika Serikat, dan Brasil yang datang pada saat acara Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali,” paparnya.

Baca juga:  Anjing Mengigit Positif Rabies, Tiga Warga Yehembang Kangin Harus Di-VAR

Sedangkan lima kasus lainnya adalah transmisi lokal. Empat kasus transmisi lokal tersebut terdeteksi di Jakarta, dan satu kasus lainnya terdeteksi di Bali, yang merupakan tenaga medis yang datang dari Jakarta. “Jadi memang transmisi lokal ini sudah terjadi di Jakarta,” ujar Budi.

Menkes juga menambahkan dari delapan orang yang tertular BA.4 dan BA.5, hanya satu orang yang bergejala sedang dan belum mendapat suntikan vaksin dosis ketiga atau booster. Sedangkan, tujuh orang terinfeksi lainnya sudah mendapat booster dan mengalami infeksi dengan gejala ringan dan tanpa gejala. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN