Foto kombo dari kiri ke kanan: Oka Wisnumurti, Mulyawan Subawa, dan Wayan "Kun" Adnyana. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Provinsi Bali merupakan satu-satunya Provinsi di Indonesia yang menyelenggarakan Bulan Bung Karno setiap bulan Juni. Penyelenggaraan Bulan Bung Karno pada 2022 ini sudah menginjak tahun keempat.

Sebab, Pemerintah Provinsi Bali di bawah Gubernur Wayan Koster telah membuat payung hukum penyelenggaraan Bulan Bung Karno. Yaitu, diatur melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Provinsi Bali.

Tema Bulan Bung Karno Provinsi Bali Tahun 2022 ini, yakni “Adi Citta Danu Kerthi: Menstanakan Air dalam Diri (Refleksi Kepemimpinan Bung Karno). Tema ini sejalan dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru. Lalu, bagaimana relevansi kepemimpinan Bung Karno dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”?

Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali, Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si., mengatakan bahwa praktek kepemimpinan Bung Karno yang transglobal saat ini ada di Bali. Sebab, dalam visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” berlandaskan ajaran Tri Sakti Bung Karno. Yaitu, berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Baca juga:  Panglima TNI Hadiri "Kick Off The Rising Tide" di Puri Agung Blahbatuh

Menurut Wisnumurti, pola pemikiran Bung Karno yang visioner diwujudkan dan diimplementasikan dalam bentuk yang nyata di Bali. Sebab, Bali cocok membangun sebuah pola pemikiran pemimpin yang transglobal.

Karena, Bali di satu sisi berbasis adat, budaya, agama, dan alam, di sisi lain juga sebagai tempat pariwisata dunia. Oleh karenanya, kepemimpinan yang memiliki basis budaya dan religi, serta kecintaan terhadap alam dan lingkungan yang kuat akan membawa Bali sejahtera ke depannya.

“Nilai-nilainyang diwariskan oleh Bung Karno dalam bentuk Tri Saktinya, dalam bentuk bagaimana konsep Pancasila yang dijalankan sekarang prakteknya bisa kita lihat dalam visi pembangunan daerah Bali (Nangun Sat Kerthi Loka Bali, red), tinggal bagaimana ini bisa kita implementasikan bersama, bagaimana kita bisa memperkuat basic budaya kita, bagaimana kita bisa memperkuat dan menjaga alam dan lingkungan kita, karena dari situlah sumber kehidupan masyarakat Bali akan lahir,” tegas Tokoh Puri Siangan, Gianyar ini dalam Dialog Merah Putih “Relevansi Kepemimpinan Bung Karno Dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali” di Warung Coffee 63 Denpasar, Rabu (15/6).

Akademisi Universitas Mahendradatta Denpasar, Dr. I Made Mulyawan Subawa, SH., M.Kn., mengatakan meskipun nilai-nilai Pancasila dan Tri Sakti sudah banyak diketahui oleh anak muda, namun tidak banyak anak muda saat ini mengetahui ajaran, karakter, dan pemikiran Bung Karno. Padahal, cikal bakal dibalik lahirnya Pancasila dan Tri Sakti adalah ajaran marhenisme yang diajarkan oleh Bung Karno. Dimana, pemikirannya adalah persatuan dan kesatuan, anti imperialisme, sosialisme, dan nasionalisme.

Baca juga:  Merawat Semangat Nasionalisme

Oleh karena itu, ajaran Bung Karno sangat relevan bagi pemimpin saat ini. Baik di Bali maupun di daerah lainnya di Indonesia.

Atas dasar inilah, menurutnya Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Koster rutin menyelenggarakan Bulan Bung Karno untuk membumikan kembali ajaran Bung Karno. Sekaligus mengajak seluruh pemimpin, tokoh masyarakat, dan krama Bali untuk meneladani karakter kepemimpinan Bung Karno yang mengayomi dan menyejukkan, kepemimpinan yang mengutamakan nilai-nilai kebersamaan, kegotongroyongan, dan berorientasi pada kemajuan bersama.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun Adnyana, S.Sn.,M.Sn., mengatakan bahwa arah pembangunan daerah Pemerintah Bali yang dituangkan melalui visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia sakala-niskala, menuju kehidupan krama dan gumi Bali telah disesuaikan dengan prinsip Tri Sakti Bung Karno. Yaitu, berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945.

Baca juga:  Gubernur Koster Minta Generasi Muda Pahami Sejarah Bangsa

Sehingga, secara aktual Ideologi Tri Sakti Bung Karno menjadi sangat relevan dengan kepemimpinan Gubernur Koster saat ini. Menurut “Kun” Adnyana, konteks dihadirkannya Bulan Bung Karno di Bali oleh Gubernur Koster dengan seluruh birokrasinya di kabupaten/kota, desa/kelurahan, termasuk di satuan pendidikan tidak hanya menjadi lazim sebagai upaya menerjemahkan ajaran Bung Karno, tetapi lebih dari itu. Yaitu, menginternalisasi semangat dan prinsip-prinsip berkebangsaan dan bernegara yang dilakukan oleh Bung Karno kepada generasi-generasi baru di Bali. Dengan demikian, generasi baru di Bali percaya diri bahwa kita memiliki martabat yang sama dengan masyarakat dunia dalam mengarungi kehidupan modern saat ini. (Winatha/balipost)

BAGIKAN