DENPASAR, BALIPOST.com – Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar menampilkan “Tari Toyam Puja Sewanam” pada acara Peed Aya (Pawai) pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV (ke-44) di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Minggu (12/6). Tarian ini memusatkan pikiran dengan memegang konsep ajaran Panca Tirta sebagai pegangan menuju sunya langgeng.
Tarian ini diiringi gambelan dengan konsep campuhan, yaitu penyatuan beberapa instrumen gambelan untuk menuju kesempurnaan. Tari Toyam Puja Sewanam berawal dari angkasa yang disimbulkan dengan Tedung sebagai simbol pelindung bumi dari segala ancaman marabahaya.
Diiringi barisan bandrang sebagai pelindung sang jiwa yang memegang tombak berhiaskan bulu binatang bagaikan kobaran api yang menyala sebagai sarana penyucian dalam upacara keagamaan, membakar segala mala, papa, pataka. Sedangkan kober yang melambai-lambai dengan belaian angin, melambangkan kekuatan Hanuman putra dari Dewa Bayu.
Angin atau udara ibaratkan tali kuda sebagai penjaga kehidupan. Tarian ini juga diiringi barisan Jegeg Bagus yang merupakan satu pasang pemuda-pemudi berparas jegeg (cantik) dan bagus (ganteng) perlambangan Dewa Asmara dan Dewi Ratih.
Kemudian diiringi barusan Pemangku yang merupakan orang yang disucikan melalui upacara “eka jati” yang memiliki kesucian hati dan pengetahuan agama. Terakhir adalah barisan para penari yang membawakan Jun tempat amerta.
Jun ini melambangkan wadah bagi kehidupan. Seperti halnya tubuh yang merupakan wadah kehidupan sang jiwa. Jun ini dijaga terus menerus agar sang jiwa dapat tenang dan tentram.
Wakil Rektor III Unhi Denpasar, Dr. Drs. I Putu Sarjana, M.Si., mengatakan bahwa penciptaan “Tari Toyam Puja Sewanam” disesuaikan dengan tema besar PKB ke-44 Tahun 2022, yaitu “Danu Kerthi: Huluning Amreta” (Memuliakan air sebagai sumber kehidupan). Dijelaskan bahwa panca tirta adalah lima tirta yang mengalir dari danau sebagai sumber amerta. Kelima tirta tersebut mewakili dewa, arah, warna, senjata, bahkan bhuta kala. Kelima tirta tersebut, yaitu tirta sanjiwani, tirta kamandalu, tirta kundalini, tirta mahatirta (amerta), dan tirta pawitra.
Dipaparkan, bahwa tirta sanjiwani adalah tirta kehidupan Dewa Iswara dengan Aksara Sang, warna putih untuk pembersihan dan membangkitkan rasa damai di hati. Tirta kamandalu adalah tirta kehidupan Dewa Brahma, aksara Bang, berwarna merah, menghancurkan halangan, sumber energi, kreativitas, inspirasi, dan penciptaan.
Tirta Kundalini adalah tirta kehidupan Dewa Mahadewa, aksara Tang, dengan warna kuning, pemunang lipya, membangkitkan kesadaran, kesenian, dan nilai estika. Tirta Amerta adalah tirta kehidupan Dewa Wisnu, aksara Ang, warna hitam, untuk kesaktian dan membangkitkan keseimbangan.
Sedangkan, tirta pawitra adalah tirta kehidupan Dewa Siwa, warna Panca Warna, penyatuan empat warna yang disebut dengan campuhan untuk pembakaran.
Tirta pawitra melebur “mala, papa, klesa” dalam tubuh, sehingga mampu merasakan “satyam, siwam, sundaram” (kebenaran, kebahagiaan, keindahan). Oleh karena itu, tercapailah alam sunya, yaitu alam keabadian yang tidak terjamah oleh kematian.
“Campuhan merupakan sumber kesucian, pelebur dasa mala, penyempurnaan dari kehidupan. Dan kampus Unhi Denpasar terlahir dari Piagam Campuhan penyempurna dari kehidupan dengan knowlegde attitude dan skil membentuk jati diri intelektual anak bangsa,” ujar Putu Sarjana. (Winatha/balipost)