TABANAN, BALIPOST.com – Dinas Pariwisata kabupaten Tabanan mendata setidaknya ada 26 desa wisata tersebar di sepuluh kecamatan di Tabanan. Namun sayangnya, 17 desa wisata diantaranya saat ini dalam kondisi kurang aktif atau hanya berumur singkat.
Kepala Dinas Pariwisata Tabanan, I Gusti Ngurah Agung Suryana, Selasa (21/6) mengatakan, kurang aktifnya desa wisata ini, selain karena dampak pandemi, juga kurang inovatifnya pengelola setempat. Menurut Suryana, kunci pengembangan desa wisata terletak pada peran aktif warga lokal.
“Ini yang terus kita dorong untuk mengembangkan kembali potensi kearifan lokal yang ada, termasuk bagaimana mempromosikan keberadaan desa wisata. Karena pariwisata yang ada saat ini nantinya harus ditunjang dengan keberadaan desa wisata. Wisatawan sudah bosan melancong di perkotaan, dan memilih suasana baru di perdesaan,” terangnya.
Meski diakuinya untuk pergerakan pariwisata memerlukan biaya, selain juga promosi. Namun dengan keberadaan beragam jenis media sosial saat ini, pengelola desa wisata bisa memanfaatkan peluang tersebut. “Intinya mengemas tampilan desa wisata yang apik sesuai potensi kearifan lokal yang dimiliki. Kami di kabupaten sifatnya hanya memberikan dorongan dan pembinaan melalui WA grup desa wisata se-kabupaten ataupun sesekali turun langsung ke lapangan,” jelasnya.
Kalau bantuan anggaran, diakuinya daerah tidak ada. Bahkan sebelum pandemi COVID juga tidak ada anggaran untuk desa wisata, karena sifatnya dikelola mandiri.
Kepala Dinas yang baru tujuh bulan menjabat ini menilai jika seluruh desa wisata sudah berkembang dengan baik, akan banyak pilihan destinasi wisata yang bisa ditawarkan ke wisatawan. Tak hanya DTW besar yang selama ini masih selalu menjadi primadona, seperti DTW Tanah Lot, DTW Jatiluwih dan DTW Ulundanu Beratan. (Puspawati/balipost)