Desa Adat Kerobokan menggelar tradisi Pesamuan Hidangan Tumpek Wayang. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Setiap desa adat di Bali memiliki adat dan tradisi berbeda yang selalu dilestarikan. Seperti halnya Desa Adat Kerobokan yang memiliki tradisi Pesamuan Hidangan Tumpek Wayang.

Tradisi yang digelar setiap enam bulan sekali untuk memohon keselamatan bagi seluruh masyarakat terutama bagi yang melewati Catus Pata. Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja mengatakan, prosesi upacara ini disebutkan telah berlangsung sejak lama. Bahkan, pihaknya tidak mengetahui secara detail kapan upacara ini pertama digelar.

Baca juga:  Desa Adat Munduk Kunci Bangun Infrastruktur

“Istilahnya upacara ini sudah menjadi tradisi di Desa Adat Kerobokan, dan sudah sejak lama kami lakukan,” katanya.

Upacara Hidangan Tumpek Wayang digelar berkaitan dengan pengguna jalan. Lantaran upacara ini untuk memohon keselamatan kepada masyarakat yang melintasi perempatan agung Desa Adat Kerobokan. “Disana harus kita menetralisir supaya siapapun yang melewati jalan tersebut agar diberikan keselamatan,” ungkapnya.

Dijelaskan, Pesamuan Hidangan Tumpek Wayang dilaksanakan pada Saniscara Kliwon Wuku Wayang. Upacara ini ditujukan kepada Ida Betara Kahyangan tiga Desa Adat Kerobokan. Upacara ini dilaksanakan bersamaan dengan piodalan di catus pata kerobokan.

Baca juga:  Desa Adat Sala Kukuhkan Pasraman

“Sebanyak 12 pelawatan dari masing-masing Pura akan diusung ke Catus Pata pada sore hari. Kemudian di tengah jalannya Pesamuan Hidangan Tumpek Wayang juga dihaturkan pecaruan kepada Bhuta Kala,” terangnya.

Dalam prosesi pecaruan diharapkan dapat nyomia Bhuta Kala agar kembali ke tempatnya, dan selaku umat manusia mendapat keselamatan dalam melaksanakan kegiatan di jalan raya. Setelah melaksanakan upacara tersebut,

“Tidak pernah terjadi kecelakaan yang sangat fatal. Bahkan, tidak ada kecelakaan yang sampai merenggut nyawa. Setelah prosesi upacara di Catus Pata, seluruh Pelawatan akan diring kembali ke Pura. Namun sebelumnya akan ada prosesi menolak bala yang dilaksanakan dengan cara berkeliling di daerah sekitar,” terangnya. (Parwata/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Antugan Bangun Sejumlah ”Palinggih”
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *