JAKARTA, BALIPOST.com – Guna menjadi acuan dan pedoman dalam mewujudkan pembangunan wisata kebugaran dan kesehatan (wellness tourism), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyusun Rencana Aksi Nasional 2022-2026. Diharapkan Rencana Aksi Nasional ini bisa memastikan keberlanjutan pengembangan wisata kebugaran nasional.
Dalam acara penutupan International Wellness Tourism Conference & Festival (IWTCF) 2022 di Solo, Jawa Tengah, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf Rizki Handayani mengharapkan seluruh pemangku kepentingan aktif berkolaborasi dalam memastikan keberlanjutan pengembangan wisata kebugaran di Indonesia. “Kami memahami bahwa wellness tourism dapat menghadirkan kinerja yang hebat, memberikan peluang di masa depan,” ujarnya dikutip dari Kantor Berita Antara, Selasa (9/8).
Lebih lanjut, pihaknya bangga terhadap semua pencapaian IWTCF 2022 yang mencakup implementasi enam panel diskusi dengan 35 sesi pembicara dan 13 experience workshops maupun wellness moments.
Dari setiap panel, Kemenparekraf menginginkan agar pelbagai ide menarik dapat ditampung guna dimanfaatkan dalam menyusun Rencana Aksi Nasional 2022-2026.
Pada kesempatan tersebut, Rizki menyatakan beberapa catatan yang didapat dalam konferensi IWTCF 2022.
Pertama ialah pembahasan panel I berkaitan dengan produk wellness Indonesia yang berasal dari alam, rempah-rempah, tradisi kesehatan herbal, budaya, makanan sehat, jamu, dan spa. Dia mengharapkan pelbagai isu dalam panel I perlu digaungkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. “Di panel II, terkait pentingnya menyampaikan narasi yang tepat mengenai wellness tourism, tidak hanya ke pasar global saja, tapi juga pemerintah, pelaku industri, dan investor dengan strategi komunikasi dan media yang tepat,” ungkap Rizki.
Untuk panel III membahas urgensi mengeksplorasi tipe wisata kebugaran, seperti pengalaman aromatik, forest bathing, ekowisata, dan acara kesehatan. Pada panel IV, pembahasan seputar bagaimana memastikan pengembangan kesehatan sebagai katalisator pemberdayaan masyarakat, perempuan, dan pemuda.
Lalu di panel V, memastikan iklim pariwisata dalam kondisi kondusif dan kemudahan akses pembiayaan yang perlu dilakukan. Serta, panel VI yang membicarakan tentang dukungan dalam pengembangan kapasitas sumber daya manusia di sektor pariwisata.
“Diperlukan langkah strategis agar mengoptimalkan wisata kebugaran yang ada di Indonesia. Meliputi dukungan regulasi dari kementerian/lembaga, berbagai produk dan layanan kesehatan lokal, serta sumber daya manusia yang berkomitmen untuk mengembangkan wellness tourism di Indonesia,” ucap dia. (Kmb/Balipost)