NEGARA, BALIPOST.com – Cuaca ekstrem yang didominasi hujan belakangan ini memberikan ruang tidak menggeser pola tanam petani. Namun faktor alam yang bergantian hujan dan terik matahari mengharuskan para petani waspada akan gangguan hama tanaman yang sangat mungkin muncul.
Dinas Pertanian dan Pangan memaksimalkan para penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk melakukan pengawasan wilayah binaan antisipasi penyebaran hama tanaman atau organisme pengganggu tanaman (OPT). Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama, Jumat (12/8), mengatakan dengan situasi cuaca yang tergolong ekstrem belakangan ini secara umum untuk di pertanian padi mendukung pola tanam.
Hanya saja, seringnya pergantian cuaca dalam sehari, patut diwaspadai. “Di kondisi seperti ini sangat mudah OPT muncul, jadi harus diwaspadai sejak dini. Bilamana ada muncul, segera ditangani agar tidak meluas,” ujar Sutama.
Di setiap subak dari total 81 subak di Jembrana, menurutnya juga sudah mengikuti sekolah lapang. Sebagai antisipasi pengendalian OPT. Pengamatan yang cermat sangat diperlukan untuk pencegahan OPT.
Dinas Pertanian dan Pangan memaksimalkan peran PPL yang tersebar di setiap desa untuk pengamatan dan penanganan awal ketika muncul hama tanaman. “Kita memiliki 46 PPL, tersebar di masing-masing desa/kelurahan, saat inilah mulai dilakukan pengamatan yang cermat, mencegah munculnya OPT,” kata Sutama.
Minimal mencegah OPT meluas bila ditemukan. Untuk pupuk bersubsidi bagi petani padi saat ini untuk di Jembrana belum terkendala. Sesuai dengan RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) masih bisa terpenuhi hingga akhir tahun. Bilapun stok kuota kurang, berkoordinasi dengan Provinsi dengan sistem mengalihkan stok lebih kabupaten lain.
Diakui untuk pupuk subsidi ada pembatasan komiditas. “Kalau dulu puluhan komoditas, sekarang hanya beberapa komoditas. Kalau di Jembrana masih bisa diusulkan untuk padi, kedelai, jagung dan kakao,” tambah Kadistan.
Menurutnya, untuk optimalisasi hasil dengan sarana produksi termasuk pupuk, penyuluh juga selalu mengedukasi kepada subak tidak tergantung dengan pupuk kimia. Perbaikan tanah dengan pupuk organik. Pihaknya berharap memanfaatkan pengolahan pupuk organik lokal yang bisa digunakan untuk mengurangi pupuk kimia. (Surya Dharma/balipost)