Stage
Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa ketika meninjau pembangunan stage Gedung Kesenian Bung Karno yang dinilai tidak mencerminkan nuansa/stil Bali. (BP/kmb)
NEGARA, BALIPOST.com – Pembangunan  stage Gedung Kesenian Bung Karno (GKBK) yang sudah berjalan mendapat sorotan dari Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa.
Sugiasa di sela-sela peninjauan pembangunan gedung tersebut Senin (20/11) mengatakan dari gambar dan bangunan yang sudah 50 persen sama sekali tidak mencerminkan stil Bali.

“Sama sekali tidak ada nuansa/arsitektur Bali nya. Jadi kalau nanti kita ada disini kelihatan bukan di Jembrana. Baiklah minimalis tapi dimananya ada stil Bali,” katanya kecewa.

Baca juga:  Benny Susianto Pamitan dengan Gubernur Koster

Dikatakan Sugiasa pihaknya tidak ingin menghambat pembangunan namun kesannya gaya minimalis seperti itu dipaksanakan dan sama sekali tidak ada nuansa Bali-nya.

Menurutnya selaku Ketua DPRD Jembrana pihaknya yang pertama memperotes gedung lama karena tidak bernuansa Bali sehingga dibangunlah gedung baru. “Saya setuju dibangun gedung ini. Tapi saya tidak cocok dengan stil yang dipakai. Saya tidak mengerti ini stil mana” ujar Sugiasa didampingi anggota DPRD lainnya, Wayan Suardika dan Komang Adiyasa.

Baca juga:  Warga Tegalbadeng Ajukan Syarat Terkait Pembangunan Pabrik Limbah Medis

Pihaknya berharap pembangunan stage gedung kesenian memakai stil Bali. Sehingga setiap yang datang akan merasa berada di Bali (Jembrana) karena ada stil Balinya. Pasalnya, stil Bali itu sudah terpatri oleh masyarakat Bali. Menurutnya stil Bali itu roh setiap bangunan yang ada dan akan dibangun di Bali.

Politisi PDI-P ini juga meminta agar patung Singa di pintu masuk stage dibongkar karena tidak sesuai dengan nuansa seni di Jembrana. Dia ingin patungnya  (patung Singa) didepan diganti. “Disini kita harus memperlihatkan budaya dan seni kita. Budaya kita apa, ya Mekepung, kendang mebarung sebaiknya itu yang dibangun,” ungkapnya.

Baca juga:  Jatuh Menyadap Tuak, Merdana Tewas

Menurutnya kalau ingin mempromosikan Jembrana  semestinya yang dibangun ditempat-tempat strategis yang terkait dengan budaya Jembrana. Sebelum pembangunan menurutnya pihaknya tidak disodori gambar namun anggaran dan pihaknya menyetujui karena merupakan cita-cita semua. Sebagai pengawas katanya pihaknya hanya menyampaikan saran. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *