Bawang merah disimpan petani. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Harga sejumlah komoditas pertanian di Bangli mengalami penurunan. Salah satunya bawang merah.

Bawang merah yang sempat ada di kisaran harga Rp50 ribu per kilogram, kini di tingkat petani mencapai Rp16 ribu per kilogram. I Gede Pasek, petani di Banjar Yeh Panes Desa Songan B mengungkapkan turunnya harga bawang merah terjadi sekitar dua puluh hari terakhir. “Sekitar dua bulan lalu sempat Rp50 ribu. Harganya turun perlahan, dari Rp45 ribu, lalu Rp35 ribu, turun lagi dan sekarang Rp16 ribu,” ungkapnya Jumat (19/8).

Baca juga:  Bulan Ini, Hasil Survei Balon Bupati dan Wabup Bangli dari Golkar Diumumkan

Meski mengalami penurunan, harga bawang merah saat ini diakui tidak sampai membuatnya merugi. “Masih standar kalau harga segitu,” ujarnya.

Selain bawang merah, harga tomat juga dikatakan turun dari Rp20 ribu per kilogram kini jadi Rp3 sampai 4 ribu per kilogram. Menurutnya harga tomat sekarang tergolong murah bagi petani. Idealnya Rp5 sampai 6 ribu per kilogram.

Cabai merah besar yang sempat mahal juga dikatakan turun. Sebelumnya Rp70 ribu kini Rp40 ribu per kilogram. “Mulai turunnya bersamaan dengan bawang. Turunnya pelan-pelan tidak drastis,” terangnya.

Baca juga:  Desa Adat Sekardadi Rutin Gelar Upacara Nangluk Merana

Pasek menduga penyebab harga produk pertanian sempat mahal beberapa waktu lalu karena produksinya sedikit. Tidak hanya di Bali juga luar Bali. “Sekarang harga turun kemungkinan karena produksi sudah banyak,” katanya.

Petani lainnya, Ketut Sabtu juga mengungkapkan harga bawang merah turun. Menurutnya harga sekarang Rp17 ribu per kilogram kurang menguntungkan bagi petani.

Sebab dengan kondisi cuaca seperti sekarang, petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk merawat tanaman. “Karena cuaca biaya operasional yang harus dikeluarkan sekarang besar sekali. Petani harus melakukan penyemprotan tiga hari sekali. Kalau cuaca bagus, normalnya penyemprotan tiap seminggu atau sepuluh hari sekali,” kata Sabtu. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Kreatif, Petani Ini Manfaatkan Tanah Marginal hingga Olah Hasil Panen
BAGIKAN