Sejumlah ternak babi yang dipelihara warga di Desa Adat Besakih. (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Besakih memiliki banyak tradisi yang dilestarikan sejak turun temurun. Mulai dari tidak membakar mayat, hingga tidak membuat ogoh-ogoh saat Nyepi.

Yang lainnya, warga Besakih juga tidak berani memelihara indukan babi betina (bangkung). Sebab, kalau berani memelihara bangkung, akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

“Konon bila ada yang berani memelihara bangkung, maka ada yang tidak berhasil. Bahkan, kemungkinan peternak akan sial atau bangkung tidak bisa beranak. Sampai sekarang memang tidak ada warga yang memelihara bangkung. Dan itu masih dipercaya sampai sekarang,” ungkap Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiartha.

Baca juga:  Desa Adat Pengeragoan Dangin Tukad Kelola Rest Area Perbatasan

Widiartha, mengatakan, memang tidak ada pararem ataupun awig-awig yang mengatur hal itu. “Kalau berani, bangkung tersebut akan kalah sepihak. Yang memelihara bisa sengsara, atau kadang-kadang babi yang kita pelihara tidak berhasil. Masyarakat lebih yakin dengan pantangan itu, karena sudah pernah terbukti. Maka dari itu generasi penerusnya hingga kini tidak ada yang berani mengembangbiakkan bangkung,” paparnya.

Dia menjelaskan, kalau warga yang memelihara babi untuk penggemukan cukup banyak. Karena untuk penggemukan babi tidak berbahaya.

Baca juga:  Desa Adat Ketewel Gelar Karya Agung Panca Walikrama

Bahkan disebutnya sangat bagus. “Kalau penggemukan luar biasa, banyak di sini. Hanya memelihara bangkung yang sama sekali tidak ada di Besakih,” imbuh Widiartha. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *