Sejumlah tenda untuk glamping terpasang di wilayah Desa Songan, Kintamani. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Keberadaan tempat penginapan glamping kian menjamur di Kaldera Batur, Kintamani beberapa tahun terakhir. Hal itu seiring meningkatnya tren wisatawan menginap dengan berkemah di alam terbuka.

Glamping singkatan dari glamour camping yang bisa diartikan sebagai berkemah dengan cara mewah. Beda dengan camping yang ruangnya sempit, glamping punya ruangan lebih luas seperti kamar dan dilengkapi fasilitas tempat tidur, kipas, dan lainnya.

Tersedia juga fasilitas publik area seperti api unggun dan kolam renang. “Kalau camping biasanya tendanya dipasang saat akan dipakai. Kalau glamping tendanya permanen,” kata Made Suandika, salah satu pemilik glamping di Desa Songan, Kintamani.

Suandika menuturkan dirinya mulai mendirikan glamping awal 2020. Glamping miliknya adalah yang pertama berdiri di Kintamani.

Baca juga:  Kelola Pariwisata, Klungkung akan Bentuk Badan Pengelola

Sempat terdampak pandemi COVID, glamping miliknya kini ramai didatangi tamu yang menginap. “Kita kena dampaknya sekitar dua bulan. Sepi saat tes PCR mahal. Setelah itu mungkin karena orang-orang sudah mulai bosan tinggal di rumah, dan menginginkan sensasi menginap di alam bebas sehingga ramai yang datang ke glamping. Jadi pas masih pandemi ramai. Sekarang Astungkara lebih ramai,” ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, kehadiran akomodasi wisata glamping di Kaldera Batur terus bertambah. Di Desa Songan saja, kata Suandika, terdapat sekitar 10 lokasi glamping.

Belum lagi di desa lainnya seperti Batur, Kedisan dan lainnya. Lokasinya ada yang di pinggir danau, ada juga di kaki gunung Batur.

Baca juga:  Upaya Bertahan, Banyak Restoran di Kintamani Beralih Fungsi Jadi Ini

Menjamurnya glamping di wilayah kaldera Batur juga diakui Jero Saba, warga Songan. Dia mengatakan banyaknya lokasi glamping di Kaldera Batur bisa dilihat di google map.

Diungkapkan, seiring meningkatnya tren wisatawan berkemah di alam terbuka, banyak investor yang kini mencari lahan untuk mendirikan glamping. Lokasi lahan yang banyak diincar yakni yang punya pemandangan bagus, seperti ada pemandangan danau dan gunung Batur. Serta ada sumber air panas. “Seperti di daerah Songan, Toya Bungkah, Kedisan, Buahan,” ujarnya

Di sisi lain menjamurnya glamping di Kintamani menjadi perhatian Pemkab Bangli. Pemkab melalui Badan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BKPAD) terus melakukan pendataan terhadap keberadaan tempat glamping yang banyak berdiri di sekitar kaldera Batur.

Baca juga:  Dua Universitas Internasional Bangun Kampus Teknologi di Bali

Pendataan ini dilakukan dalam upaya peningkatan pendapatan pajak hotel dan restoran. Sebagaimana yang diungkapkan Kepala BKPAD Kabupaten Bangli Dewa Bagus Riana Putra belum lama ini.

Ia menyebutkan berdasarkan data sementara yang dimilikinya terdapat 13 tempat glamping di Kintamani. Kebanyakan lokasinya ada di wilayah Desa Songan. Dari 13 tempat glamping yang ada 6 diantaranya kini sudah menjadi wajib pajak. “Yang lainnya masih proses,” ujarnya.

Riana mengaku pihaknya selama ini terus melakukan pendekatan dan sosialisasi terhadap pemilik usaha glamping agar mengurus nomor pokok wajib pajak daerah dan persyaratan lain untuk jadi wajib pajak. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *