Kondisi ruang kelas di SDN 3 Yangapi yang rusak parah. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Siswa kelas 1 dan 2 di SDN 3 Yangapi terpaksa harus belajar secara bergiliran di ruang perpustakaan. Sebab ruang kelas yang ada kondisinya rusak parah dan tidak bisa dimanfaatkan sejak hampir tiga tahun terakhir.

Kepala SDN 3 Yangapi I Gusti Putu Widiasta menyebutkan, total ada lima unit ruangan di sekolahnya yang kondisinya rusak parah. Dua diantaranya merupakan ruang belajar untuk siswa kelas 1 dan 2.

Sementara tiga lainnya masing-masing ruang kepala sekolah, ruang UKS dan dapur sekolah. Kerusakan parah terjadi pada bagian atap. “Atapnya sudah jebol,” kata Widiasta, Rabu (14/9).

Baca juga:  Kakanwil Tunjuk Rutan Ini, Tangani Napi COVID-19

Karena kondisi itu, sejak akhir 2019 lalu pihaknya terpaksa mengosongkan kelima ruangan tersebut. Untuk kegiatan belajar siswa kelas 1 dan 2 dialihkan ke ruang perpustakaan. Kegiatan belajar dua rombongan belajar (rombel) itu dilakukan secara bergilir. Siswa kelas 2 baru bisa mulai belajar sekitar pukul 10.00 wita setelah siswa kelas 1 selesai. Ia mengakui siswanya selama ini kurang nyaman belajar di perpustakaan. “Karena ruangan sempit. Mereka harus belajar dengan banyak rak dan buku,” kata Widiasta.

Baca juga:  Didanai DAK, Gianyar Bangun Perpustakaan Inklusi Sosial

Disebutkan jumlah siswa kelas 1 di sekolahnya saat ini sebanyak 18 orang. Sementara siswa kelas 2 berjumlah 16 orang. Pihaknya mengaku tak punya ruangan lain yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang kelas. “Karena sudah habis ruangannya,” ujarnya.

Sesuai mekanisme Widiasta mengaku pihaknya sudah mengusulkan perbaikan bangunan yang rusak ke pemerintah lewat dapodik. Usulan sudah disampaikan sebelum kondisi bangunan rusak parah dan dikosongkan. Hanya saja sampai sekarang sekolah yang beralamat di Banjar Umbalan itu belum mendapat bantuan perbaikan.

Baca juga:  Belasan ODGJ yang Dipasung Berhasil Dibebaskan

Dia mengungkapkan hal yang jadi kendala belum adanya bantuan perbaikan, karena lahan sekolahnya belum punya sertifikat. Saat ini masih akan diurus sertifikatnya.

Pihaknya sangat berharap kerusakan bangunan di sekolahnya bisa segera mendapat perbaikan demi kenyamanan siswanya. Kalau pemerintah pusat belum bisa memberikan bantuan perbaikan diharapkan perbaikan bisa dilakukan pemerintah daerah. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN