DENPASAR, BALIPOST.com – Gunung Agung yang dalam tiga hari belakangan mulai meletus, baik freatik maupun magmatik, dinaikkan kembali statusnya menjadi level IV atau Awas. Kenaikan status itu terdapat dalam laporan periode pengamatan Senin (27/11) mulai pukul 00.00 – 06.00 Wita.
Dalam kesimpulan pengamatan yang bisa diakses dari https://magma.vsi.esdm.go.id itu dikatakan tingkat aktivitas Gunung Agung sudah level IV (Awas). Kesimpulan tersebut diambil menurut penyusun laporan Nurul Husaeni karena asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 2500-3000 meter di atas puncak kawah. Teramati letusan dengan tinggi 3000 m dan warna asap kelabu. Terlihat sinar api.
Di sisi lain, kegempaan juga terjadi letusan berjumlah sekali dengan amplitudo 21 mm berdurasi 40 detik. Sedangkan Vulkanik Dalam jumlah 1 kali, amplitudo 18 mm, S-P 3 detik, durasi 31 detik. Tektonik Lokal berjumlah sekali, amplitudo 23 mm, S-P 4 detik, dan durasi 60 detik.
Direkomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 8 km dari kawah Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 10 km dari kawah Gunung Agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yg paling aktual/terbaru.
Sementara itu, Kasubid Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika, mengatakan Gunung Agung mengeluarkan dentuman keras pada Minggu (26/11) malam. Ia mengutarakan suara itu terdengar hingga pos pantau di Desa Rendang yang letaknya 12 Km dari puncak kawah. “Bunyi dentuman terjadi seiring letusan menerus. Dentuman terdengar sebanyak dua kali pada rentang waktu pukul 20.00 – 21.00 Wita,” jelasnya.
Ia mengatakan, dentuman ini terekam seismograf. Diperkirakan hal ini terjadi akibat semburan abu vulkanik. Ditambahkannya jika ada abu vulkanik dalam jumlah besar keluar, akan terjadi dentuman akibat bersinggungan dengan batuan.
Namun, dia belum memastikan apakah dentuman keras ini merupakan fase menuju letusan besar setelah letusan pembuka. Menurut catatan PVMBG sebagaimana tahun 1963, letusan Gunung Agung diawali letusan pembuka seperti yang saat ini terjadi. (kmb/balipost)