Gubernur Bali, Wayan Koster. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Keseriusan Gubernur Bali, Wayan Koster di dalam mewujudkan 70 ribu hektare sawah dan 154 ribu hektare perkebunan di Pulau Bali sudah mencapai organik mendapatkan tepuk tangan dari delegasi Global Forum On Digital Agriculture Transformation In Accelerating Women And Youth Entrepreneurship yang hadir dalam rangkaian pertemuan Agriculture Working Group (AWG) G20 Selasa (27/9) di Jimbaran, Badung. Dalam pidatonya di hadapan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dan puluhan delegasi AWG G20, Koster mengucapkan selamat datang di Pulau Dewata dengan kekayaan, keunikan, keunggulan adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal yang menjadi fundamental kehidupan masyarakat, termasuk di bidang pertanian.

“Global Forum on Digital Agriculture Transformation in Accelerating Women and Youth Entrepreneurship merupakan suatu kepercayaan kami di Provinsi Bali, sekaligus ikut mendorong pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali pasca terdampak pandemi COVID-19,” ujar Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini.

Baca juga:  Dicukur Persebaya, Bali United Tetap Juara

Fi dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Bali pascaterdampak pandemi COVID-19, mantan anggota DPR RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan dengan tegas menyatakan Bali yang selama ini bergantung di sektor pariwisata, telah dievaluasi total untuk melakukan transformasi ekonomi melalui konsep Ekonomi Kerthi Bali dengan 6 Pilar Perekonomian Bali yang menjadi sektor unggulan. Yaitu, 1) Sektor Pertanian dalam arti luas dengan Sistem Pertanian Organik; 2) Sektor Kelautan dan Perikanan; 3) Sektor Industri Manufaktur dan Industri Berbasis Budaya Branding Bali; 4) Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi; 5) Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital; 6) Sektor Pariwisata yang berbasis budaya secara berkualitas dan bermartabat.

Khusus di sektor pertanian, Gubernur Koster dengan gagasannya tengah gencar menyelenggarakan Sistem Pertanian Organik yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2020. Hasilnya, 70 ribu hektare sawah sudah menerapkan sistem pertanian organik. Selain itu, sampai Desember 2022,  ditargetkan 40 ribu hektare sawah di Pulau Dewata sudah organik. “Bali juga memiliki 200 ribu perkebunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayur-sayuran, dimana 154 ribu hektarenya sudah organik,” kata mantan peneliti di Balitbang Depdikbud Republik Indonesia ini yang mendapatkan aplaus tepuk tangan.

Baca juga:  Yowana Dukung Kebijakan Gubernur Koster Terkait Perayaan Tumpek Uye

Untuk itu, Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini menyatakan akan menuntaskan kekurangannya menuju organik di 2023. “Kami bertekad, Bali semuanya harus total menerapkan Sistem Pertanian Organik menuju Pulau Organik agar menghasilkan pangan yang sehat, berkualitas, serta tidak menimbulkan polusi atau merusak lingkungan. Sehingga ekosistem alam di Bali akan terjaga dengan baik,” tambahnya.

Mengakhiri pidatonya, Gubernur Bali menegaskan pihaknya sangat berkeinginan mendapatkan masuk dari forum internasional ini untuk memajukan pertanian Bali agar menjadi pertanian yang modern sekaligus juga tangguh. Sehingga Bali mampu berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari dalam bidang ekonomi sekaligus juga memelihara budaya dengan kearifan lokalnya di bidang pertanian yang sangat terkenal, seperti subak serta tradisi pertanian lainnya yang telah menjadi warisan adi luhung dari leluhur di Bali. “Terima kasih kepada peserta yang telah berkunjung ke Bali, selamat mengikuti Global Forum On Digital Agriculture Transformation In Accelerating Women And Youth Entrepreneurship dalam rangkaian pertemuan Agriculture Working Group G20 agar berjalan lancar serta sukses. Dengan keramahtamahan alam, masyarakat serta budaya Bali, saya ucapkan selamat menikmati destinasi wisata dunia di Pulau Bali,” pungkas orang nomor satu di Pemprov Bali.

Baca juga:  Gubernur Koster Hadiri Peluncuran Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022

Sementara Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengajak delegasi yang hadir membangun sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan, mempromosikan perdagangan yang adil dan transparan, serta mendorong kewirausahaan yang inovatif. Caranya melalui pertanian digital untuk meningkatkan taraf hidup petani di pedesaan di dalam mengatasi krisis pangan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *