MANGUPURA, BALIPOST.com – Untuk pertama kali, Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, menggelar Karya Ngusaba Desa. Untuk puncak karya ini, digelar pada Senin (10/10), bertepatan dengan Purnama Kapat, dalam kalender Bali. Sementara, untuk rangkaian karya ngusaba desa ini, telah dilaksanakan sejak Agustus.
Bendesa Adat Kedonganan, I Wayan Mertha mengatakan, posesi puncak karya dimulai dari Padudusan Agung di Pura Bale Agung, yang di-puput Tri Sadaka. Yaitu Ida Pedanda Putra Telaga, Ida Pedanda Buda, dan Ida Bujangga.
Sementara di Catus Pata (Jaba Tengah) dilaksanakan upacara dengan sarana banten bebangkit, yang di-puput oleh sulinggih Pande, Empu, dan Dukuh. Setelah dilaksanakan persembahyangan, seluruh pelawatan Ida Bhatara kemudian tedun dengan menginjak titi mahmah untuk kemudian menuju ke Paselang di Pura Puseh Desa.
Di sana upacara di-puput oleh Ida Pedanda Jelantik dan Ida Pedanda Istri Buda Batuan. Setelah itu, Ida Batara kembali tedun untuk Mecandi Karang di panggungan sebanyak 3 kali, kemudian dihaturkan upacara Padatengan di panggungan.
Bendesa Wayan Mertha menerangkan, pelaksanaan
kegiatan puncak Ngusaba Desa Adat Kedonganan berjalan dengan lancar dan khidmat. Selanjutnya pada 15 Oktober ini akan dilaksanakan prosesi Nyineb Karya, yang didahului pelaksanaan Nyenukin ke Pura
Bale Agung Desa Adat Kelan.
Setelah itu Ida Bhatara yang dihaturkan karya kemudian kembali ke Pura Bale Agung Desa Adat Kedonganan dan dilanjutkan ngelukar. Pada 18 Oktober nanti kemudian dilaksanakan prosesi Nyegara Gunung di Segara Desa Adat
Kedonganan. “Tujuan dari upacara ini adalah pembersihan dan penyucian Bhuana Agung
dan Bhuana Alit di wewidangan Desa Adat Kedonganan,” ucapnya.
Setelah karya Ngusaba selesai dilaksanakan, ia berharap hubungan antarmasyarakat di Kedonganan bisa menjadi lebih baik. “Kami harapkan krama benar-benar semakin rekat hubungannya, semakin baik pasemetonan. Sehingga kegiatan pembangunan yang ada di Kedonganan bisa semakin lancar, semakin baik jalannya, dan dapat dinikmati seluruh krama,” harapnya.
Sekretaris Prajuru sekaligus Panitia Karya, Made Sumerta menambahkan prosesi Ngerebeg Bale Pedanan merupakan simbolis pengembalian hasil
bumi yang ada di Desa Adat Kedonganan kepada krama. Hal itu merupakan wujud rasa syukur atas limpahan berkah yang dianugerahkan Ida Bhatara.
Peserta dari Ngerebek Bale Pedanan sengaja dipilih anak-anak berumur 9 sampai 13 tahun, dengan tujuan agar generasi penerus itu dapat mengingat memori dari pelaksanaan karya. Sehingga ke depan mereka bisa memaknai karya ngusaba yang ke depannya akan dilaksanakan 20-30 tahun lagi. “Karya Ngusaba ini baru pertama kalinya dilaksanakan di Kedonganan. Untuk puncak karya di-puput oleh 8 sulinggih dari Siwa, Buda dan Bujangga,” ungkapnya.
Dipaparkannya, biaya Karya berasal dari dana kas desa adat, punia dari usaha desa adat seperti LPD, Pasar Desa, BPKP2K, Yayasan Darma Putera Kedonganan, usaha kafe di pesisir Pantai Kedonganan. Kemudian Punia krama ngarep, krama tamiu, dan tamiu, serta punia dari sejumlah usaha hotel, restoran dan usaha lainnya.
Dalam kesempatan itu ia juga menyampaikan terima kasih kepada Bupati Badung, yang hadir dan menyaksikan dan mapunia uang senilai Rp500 juta. Begitupula punia dari anggota dewan, serta punia dari
Pemprov Bali senilai Rp10 juta dan punia dari 2 anggota DPD RI Dapil Bali. (Yudi Karnaedi/balipost)