Pembangunan atau rehab total Pura Segara di Desa Kelating, Kerambitan. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Salah satu falsafah hidup umat Hindu, yang sangat terkenal bahkan hingga mendunia adalah konsep Tri Hita Karana. Konsep inilah yang terus digaungkan oleh Desa Adat Kelating, Desa Kelating, Kerambitan, Tabanan. Dimana untuk konsep hubungan manusia dengan Tuhan, Desa Adat Kelating terus berbenah di parahyangan. Seperti yang tengah digarap kali ini adalah renovasi total Pura Segara. Pasalnya, kondisi Pura Segara Desa Adat Kelating dirasa kurang representatif selain tergerus akibat dampak abrasi.

Pura Segara Desa Adat Kelating merupakan Pura Kahyangan Jagat. Ini dikarenakan menurut para tetua setempat, di pura tersebut juga terdapat palinggih Dalem Ped. Termasuk Pura Segara ini juga memiliki cerita sejarah yang berkaitan dengan perjalanan Patih Kebo Iwa. Bendesa Adat Kelating, Dewa Made Maharjana mengatakan rehab atau renovasi total Pura Segara sudah dilakukan sejak Juli 2022. Kegiatan ini tujuannya tak lain untuk mengembalikan kesucian pura yang kerap ramai didatangi pamedek dalam kegiatan pamelastian.

Baca juga:  Meningkat dari Periode Sebelumnya, Ratusan Gempa Terjadi di Januari 2021

Dewa Maharjana menjelaskan, sebelum dilakukan renovasi, Pura Segara Desa Adat Kelating tidak memiliki sengker ataupun pintu, sehingga kerap kali digunakan tempat nongkrong anak-anak muda di hari libur ataupun malam minggu, yang tentunya dikhawatirkan terjadi hal-hal yang kurang pas. “Kini kami rehab total, kami buatkan panyengker permanen, termasuk membuat madya mandala karena sebelumnya belum ada madya mandala,” jelasnya, Rabu (26/10).

Menurutnya dari cerita sejarah yang disampaikan para tetua, keberadaan Pura Segara di Desa Kelating ini juga berkaitan dengan perjalanan Patih Kebo Iwa. Karena sebelum hancur tergerus abrasi, dulunya ada batu jaran peninggalan perjalanan Kebo Iwa dan batu matapak tangan Ida. “Dengan adanya sejarah ini ke depan Desa Kelating yang dikenal dengan keindahan pantainya juga bisa mengarah pada konsep wisata religius. Dari cerita turun temurun para tetua nantinya akan kami konsep,” jelasnya.

Baca juga:  Dibuka, Festival Kerambitan IV Hadirkan Beragam Kesenian dan Kuliner Khas

Untuk perbaikan Pura Segara ini, juga tidak terlepas dari dukungan dan semangat gotong royong krama adat yang secara bergantian membantu. Termasuk juga bantuan dalam hal materi untuk pembangunan. Dimana masing-masing KK adat dikenakan urunan Rp50 ribu. Termasuk dari Bendesa Adat Kelating sendiri juga memberikan dukungan secara pribadi untuk menggugah krama lainnya. “Untuk bangunan fisik krama dikenai urunan Rp50 ribu per KK. Dimana ada total 680 KK adat. Sedangkan bangunan panyengker, palinggih dan perbaikan piyasan, kori agung, candi bentar dari saya pribadi ini tak terlepas untuk menggugah yang lain,”ucapnya.

Baca juga:  Desa Adat Sesetan akan Melaksanakan Upacara Atma Wedana Massal

Renovasi total Pura Segara Desa Kelating diharapkan bisa rampung pada Desember mendatang atau tepatnya pada sasih keenem bersamaan dengan piodalan di pura setempat yang nantinya juga akan dirangkaikan dengan kegiatan Ngelawang Agung. “Sekarang sudah 85 persen rampung. Nantinya Pura Segara ini akan menjadi tempat persembahayangan yang lebih represntatif untuk persembahyangan bersama. Karena ketika upacara malasti bukan warga kami saja, tapi ada juga dari luar wilayah kami,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN