Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin (kanan) bertukar obrolan dengan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam agenda konferensi pers 1st HMM di Yogyakarta, 20 Juni 2022. (BP/Dokumen Antara)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pertemuan awal kedua tingkat menteri bidang Kesehatan (Health Ministers Meeting/HMM) telah dimulai hari ini, Rabu (26/10) di Jimbaran, Badung, Bali. Kegiatan tersebut digelar 2 hari berturut-turut pada Kamis hingga Jumat (27-28 Oktober 2022), diawali dengan pertemuan deputy minister yang dipimpin Sekretaris Jenderal, Kunta Wibawa Nugraha.

Dikutip dari rilisnya, Kementerian Kesehatan RI sebagai tuan rumah dalam pertemuan tersebut. Pertemuan kedua HMM ini merupakan pertemuan terakhir dari rangkaian Presidensi G20 Indonesia bidang kesehatan ini yang mentargetkan kesepakatan dokumen outcome.

Peserta pertemuan sejumlah 190 orang merupakan delegasi dari negara anggota G20 dan negara maju lainnya seperti Singapura, Uni emirates Arab, Swiss, Belanda, dan perwakilan dari beberapa negara mewakili regional seperti ASEAN, Pacific Island Forum, African Union, Caribbean Community, dan NEPAD.

Diundang juga organisasi internasional terkait seperti WHO, World Bank, GAVI, CEPI, Global Fund, OECD dan lainnya untuk memberikan masukan atau pengayaan terhadap isu prioritas G20 di bidang Kesehatan.

Baca juga:  Jelang KTT G20, Tiang LPJU Dipasangi Ornamen

Selain diawali dengan pertemuan Deputi Menteri Kesehatan pada Rabu (26/10) dilanjut dengan berbagai pertemuan bilateral. Pada Kamis (27/10) pertemuan bilateral mulai dilakukan mengawali pertemuan tingkat Menteri Kesehatan, selanjutnya delegasi negara G20 secara khusus akan disambut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, kemudian dilanjutkan pertemuan pembahasan 3 isu prioritas yakni Pembangunan Ketahanan Sistem Kesehatan Global, Harmonisasi Standar Protokol Kesehatan Global, dan Perluasan Pusat Jejaring Penelitian dan Manufaktur Global.

Pada Jumat (28/10) diharapkan dapat mengesahkan outcome document berupa Aksi Menteri Kesehatan Negara G20 dalam Penguatan Arsitektur Kesehatan Global.

Adapun hal-hal substantif yang diajukan dalam outcome document tersebut meliputi :

Pertama, Penguatan dukungan atas pendirian Pendirian Financial Intermediary Fund (FIF) atau ‘Dana Perantara Keuangan’. Pada 1 Juli 2022, Dewan Direksi Bank Dunia (World Bank) menyetujui pembentukan FIF dan telah resmi beroperasi sejak pertemuan 1st FIF Governing Board, 8-9 September 2022.

Baca juga:  Kasus Cacar Monyet di Jakarta Transmisi Lokal

Pembentukan FIF adalah salah satu terobosan bersejarah Presidensi G20 Indonesia bidang kesehatan. FIF akan bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas global untuk pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi di masa yang akan datang.

Sebagai contoh dana ini dapat digunakan untuk riset dan produksi vaksin dan obat serta peralatan kesehatan.

Kedua, adanya mekanisme yang terstruktur untuk memobilisasi sumber daya esensial kesehatan.

Ketiga, Penguatan genomic surveillance, serta penggunaan platform kerja sama berbagi data patogen untuk kesiapsiagaan dan penanganan pandemi yang lebih baik.

Keempat, penguatan dukungan adanya platform bersama dalam menghubungkan berbagai sistem digital sertifikasi dokumen kesehatan, termasuk vaksin dan hasil diagnostik guna memfasilitasi pergerakan orang dan barang.

Baca juga:  Lompat dari Jembatan Tukad Bangkung, Kakak Beradik Ditemukan Tak Bernyawa

Hal ini diharapkan dapat mendorong pulihnya situasi ekonomi dan sosial di berbagai sektor.

Kelima, memperluas jejaring pusat penelitian dan manufaktur global. Perluasan ini diharapkan dapat membuat negara-negara khususnya negara low middle income memilki akses yang lebih baik terhadap vaksinasi, pengobatan, dan diagnostik.

Juru Bicara G20 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan keseluruhan isi dalam dokumen outcome diharapkan bisa menjadi panduan dalam memperkuat arsitektur kesehatan global, agar lebih siap dalam menghadapi pandemi saat ini dan di masa depan.

”Dari pertemuan kedua HMM ini, diharapkan menghasilkan keberhasilan Indonesia dan negara G20 di bidang kesehatan dalam hal penguatan arsitektur kesehatan untuk penguatan kesiapsiagaan serta respons pandemi yang lebih baik,” ujar dr. Nadia. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *