Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra menyampaikan keterangan mengenai kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak di Denpasar, Sabtu (29/10). (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Jumlah kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak di Provinsi Bali bertambah. Data itu diungkapkan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali dr. I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, Sabtu (29/10).

Dikutip dari Kantor Berita Antara, jumlah kasus gangguan ginjal akut di Bali bertambah 1 orang. Total, menurut data IDAI,  jumlahnya menjadi 18 kasus. “Penambahan kasus baru satu, (pasien) sedang dirawat, umur sembilan tahun, perempuan, di RSUP Prof Ngoerah,” kata dr. Sanjaya.

Ia menjelaskan bahwa gangguan ginjal akut progresif atipikal tidak selalu disebabkan oleh intoksikasi atau keracunan. “Pada pasien yang saat ini sedang dirawat di RSUP Prof Ngoerah ini (gangguan ginjalnya) mengarah ke atipikal yang tidak khas, tapi bukan intoksikasi,” katanya.

Baca juga:  Pengungsi Gunung Agung di Tabanan Didata Ulang

Ia mengemukakan bahwa dokter menyimpulkan gangguan ginjal akut pada pasien tersebut tidak disebabkan oleh intoksikasi. Sebab, pasien dalam satu bulan terakhir tidak mengonsumsi obat sirop dan sebelumnya terbiasa tidak minum obat sirop serta hasil pemeriksaan oksalat pada urine pasien menunjukkan hasil negatif.

“Penyebab yang kita telusuri, intoksikasi mungkin saat ini bisa disingkirkan, kemudian prerenal sepsis bisa disingkirkan, yang masih positif itu kita kaitkan dengan MISC (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children), karena SARS-CoV-2 nya positif,” kata dia.

Ia menambahkan pasien tersebut sudah dua kali mendapat vaksinasi COVID-19. Dikatakan bahwa, pasien berusia sembilan tahun tersebut masuk ke rumah sakit dalam kondisi kejang serta mengalami gangguan kencing.

Baca juga:  Dari Pebulu Tangkis Komang Ayu hingga Jerinx Ditetapkan Tersangka

Saat masuk ke RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah, menurut dia, anak perempuan tersebut berada dalam kondisi yang buruk dengan laju filtrasi glomerulus di bawah 15 ml/menit/1,73 meter kuadrat. Padahal, dalam kondisi normal ginjal seseorang bekerja dengan laju filtrasi glomerulus di atas 90 ml/menit/1,73 meter kuadrat.

Kondisi pasien tersebut membaik setelah menjalani hemodialisis atau terapi cuci darah.

“Fungsi ginjal sudah membaik setelah dilakukan hemodialisis satu kali, namun karena sebelum dilakukan cuci darah fungsi ginjalnya sangat rendah, ini merusak organ-organ lain yang harus kita selamatkan juga. Tetapi kemarin sudah 55 persen fungsi ginjalnya,” kata Sanjaya, yang bekerja di RSUP Prof. Ngoerah.

Baca juga:  Lagi-lagi!! Ini Penyumbang Terbesar Kasus Baru Positif COVID-19 di Bali

Menurut data IDAI, jumlah anak yang mengalami gangguan ginjal akut di Bali total 18 orang dengan perincian 12 orang meninggal dunia, lima orang sudah sembuh, dan satu orang masih menjalani perawatan.

“Yang sudah sembuh rata-rata kontrol ke poli (klinik) fungsi ginjal tambah baik, semoga ke depannya tidak ada pengaruhnya, tidak perlu cuci darah kalau akut,” katanya.

Ia menambahkan, kondisi ginjal pasien yang mengalami gangguan ginjal akut biasanya dapat kembali normal setelah menjalani terapi cuci darah. (kmb/balipost)

BAGIKAN