Bus Trans Metro Dewata ketika menurunkan penumpang turun di halte Ubung Denpasar, Bali, Rabu (2/11/2022). (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penumpang Bus Trans Metro Dewata mengalami penurunan sejak dikenakan tarif bagi penumpang mulai 31 Oktober 2022. Demikian dikatakan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali IGW Samsi Gunarta.

“Masyarakat kaget, karena berdasarkan perhitungan jumlah orang yang naik Bus Trans Metro Dewata menurun pada hari pertama diberlakukan aturan berbayar, penumpang turun hingga 75 persen,” katanya dikutip dari Kantor Berita Antara, Rabu (2/11).

Samsi menyampaikan bahwa sebelum bus tersebut berbayar, keterisiannya mencapai 43 persen dan ditargetkan meningkat hingga 70 persen setelah adanya kenaikan BBM. Namun, kini justru menurun sejak penumpang mulai dikenakan tarif.

Saat ini penumpang bus yang melayani rute Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar itu dikenakan tarif Rp4.400, dengan sistem pembayaran nontunai menggunakan kartu elektronik dari Bank BRI dan pemindai QRIS.

Baca juga:  Bali Dapat 105 Bus Trans Metro Dewata, Ini 4 Rutenya

“Harganya Rp4.400 dan harus pakai tap (kartu elektronik), yang bisa dipakai sekarang baru BRI jadi yang belum punya sementara harus mencari, atau pelajar mahasiswa harus menggunakan QRIS khusus dengan registrasi,” ujarnya.

Samsi mengatakan bahwa secara rasional jumlah penumpang Bus Trans Metro Dewata nantinya akan kembali meningkat, namun ditegaskan bahwa pembayaran nontunai akan tetap diberlakukan dengan tegas.

“Sekarang tidak bisa meminjam kartu dengan supir busnya. Jadi tidak dikasih naik, harus turun. Ini bayar karena tidak mungkin gratis terus, kasihan yang biayai kita, harus berbayar kalau mau berkelanjutan,” kata Samsi menegaskan.

Sementara itu salah satu pengemudi Bus Trans Metro Dewata Koridor III Nyoman Suadnyana menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi selama tiga hari terakhir disebabkan karena kesulitan pengguna bus dalam melakukan pembayaran.

Baca juga:  WN Prancis Ditangkap, Disita Narkoba dan 3 Senjata Api

“Volume penumpang berkurang karena banyak kita tolak dari segi tapping card, kartunya banyak yang tidak berhasil sebab SOP kita bagi mereka yang membawa kartu yang tidak terkoneksi dengan alat itu kami tolak, tidak diizinkan untuk naik,” kata dia.

Menurut dia, kebanyakan masyarakat telah mengetahui soal tarif untuk Bus Trans Metro Dewata. Namun, permasalahan pada alat dan kartu elektronik yang menyebabkan mereka kecewa karena tak dapat menggunakan bus.

“Mudah-mudahan ini merupakan suatu pembelajaran, karena dari tim kami juga sedang kembali lagi memperbaiki sistemnya. Wajar lah karena ini kita baru mengawali, pada intinya kami berharap kepada masyarakat yang menggunakan jasa Trans Metro Dewata mari bersabar dulu,” ujar Suadnyana.

Baca juga:  Kreativitas Ajegkan Budaya Jalan, Prokes Tetap Ditaati

Hal serupa juga disampaikan Nengah Putrawan, salah satu pengguna kendaraan umum yang beroperasi sejak 2020 lalu itu. Dirinya gagal menggunakan kartu elektronik sehingga harus menggunakan aplikasi lain untuk proses pembayaran melalui pemindaian.

“Bayarnya pakai aplikasi, sudah sering pakai tapi kartunya belum bisa jalan, jadi scan pake aplikasi Gopay QRIS,” kata Nengah yang mewajarkan nominal pembayaran karena angkanya dinilai tak tinggi.

Sementara Siswanto, seorang pedagang yang rutin menggunakan Bus Trans Metro menyampaikan harapannya agar bus tersebut memperluas rute dan halte. “Tidak masalah (berbayar), tapi sayangnya kalau sama-sama bayar sebenarnya enak angkot. Angkot Rp5.000 turunnya kan di sembarang tempat, kalau ini kan harus di halte,” kata dia. (kmb/balipost)

BAGIKAN