SINGARAJA, BALIPOST.com – Beberapa warga pemilik kebun di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, belakangan ini mengeluhkan tertutupnya areal perkebunan akibat material bekas galian proyek jalan shortcut di titik 7 dan titik 8. Material galian tanah dari proyek itu, belakangan ini meluber sampai menutupi areal perkebunan warga.
Aas kondisi ini, warga pun menuntut kompensasi pihak pelaksana proyek. Hanya saja, tuntutan mereka belum juga dipenuhi.
Salah seorang warga, I Nyoman Adiana, Kamis (10/11), mengatakan areal perkebunannya mulai tertutup oleh luberan material tanah galian yang sudah menjadi lumpur sejak Agustus. Kejadian ini, pernah disampaikan kepada pelaksana proyek jalan shortcut.
Bahkan, ia juga mengadukan persoalan ini ke DPRD Bali. Sayang, hingga sekarang keluhannya itu belum ditanggapi oleh pihak terkait.
Menurut Adiana, material galian dari proyek itu meluber sampai masuk ke areal perkebunan miliknya. Tutupan tanah yang sudah menjadi lumpur tersebut, menyebabkan sejumlah pohon cengkeh dan kopi miliknya mati.
Selain itu ada juga tanaman yang tumbang karena luberan tanah galian tersebut. “Kami tetap mencoba sabar, karena ini proyek nasional. Tapi ingat kesabaran kami ada batasnya,” tegasnya.
Sementara itu, Perbekel Desa Gitgit, I Putu Arcana mengatakan, berdasarkan penelusuran yang dilakukan, lahan warganya yang terdamapak akibat material galian shortcut ini diperkirakan mencapai 1 hektare. Selain itu, ada 50 Kepala Keluarga (KK) Dusun Pererenan Bunut yang kini kesulitan untuk mengakses air bersih.
Atas kondisi ini, pihkanya bersama instansi terkait telah melakukan mitigasi bencana. Pihaknya meminta agar pelaksana proyek memetakan kembali teknis pekerjaan di loaksi proyek.
Selain itu, pihaknya mendesak agar pelaksana proyek melakukan pencegahan untuk meminimalisasi terjadinya dampak kerusakan lingkungan yang lebih parah. “Sekarang sudah musim hujan, sehingga kami minta hal ini bisa diminimalisir. Kerugian warga yang terdampak juga mohon segera diatasi,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)