DPRD Karangasem melihat kondisi Sungai Yeh Sah yang menjadi jalur lahar dingin erupsi Gunung Agung. (BP/gik)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Banjir lahar dingin di beberapa daerah aliran sungai membuat dasar sungai kini menjadi semakin dangkal. Pendangkalan ini disebabkan karena material yang dibawa dari hulu cukup besar.

Ketua DPRD Karangasem, Nengah Sumardi, Senin (4/12), mengatakan beberapa sungai sudah terjadi pengendapan material di hulu, seperti sungai-sungai di Kecamatan Selat dan Bebandem. Bahkan, pengendapan ada yang sampai menutup sungai sepenuhnya hingga posisinya rata dengan kawasan permukiman warga.

Tidak hanya di hulu, pengendapan pun terjadi di hilir. Lebih parah lagi, dari hulu ke hilir lebar sungai semakin mengecil. “Contohnya Tukad Yeh Sah ini. Di hulu sudah mengendap, di hilir juga materialnya mengendap. Di hilir itu ada permukiman banyak. Banjir lahar dingin lagi sekali, selesai sudah. Demikian juga di Tukad Panti, wilayah Pegubugan, Desa Duda,” kata Sumardi, saat ditemui di bantaran Tukad Yeh Sah.

Baca juga:  Tak Hanya Masih Bertahan di Zona Kuning, Ketaatan Prokes Bali Juga di Atas 95 Persen

Sumardi menilai penanganan normalisasi Tukad Yeh Sah oleh pemerintah daerah masih belum maksimal. Sebab, alur sungai sebesar itu dengan material banjir lahar dingin yang besar, proses normalisasinya hanya dilakukan dengan mengerahkan satu ekskavator saja.

Mestinya, sedikitnya ada empat unit yang bekerja di lapangan, baru proses normalisasi bisa dilakukan dengan cepat. “Layaknya memang empat. Di kanan dua dan di kiri dua, sehingga proses normalisasinya cepat. Kalau begini caranya sampai akhir tahun juga tidak bakalan selesai,” kata Ketua Komisi II Kadek Sujanayasa bersama Wayan Sudira, Gusti Agung Dwi Putra dan Komang Rena.

Selama ini, menurut Ketua DPRD, dewan sudah mendorong langkah-langkah mitigasi. Dalam APBD Perubahan 2017 sudah dianggarkan Rp 8,5 miliar, tersebar di Dinas Kesehatan, Dinas Sosial maupun Dinas PUPR Karangasem untuk penanganan mitigasi bencana ini. Selain itu juga ada pos dana tak terduga pada APBD Induk 2018 sebesar Rp 2 miliar.

Baca juga:  Meskipun Kasus COVID-19 Meningkat, Penanganan Pandemi Masih Dalam Kendali

Melihat besaran dana mitigasi dan dana tak terduga cukup besar, pihaknya sengaja turun untuk selanjutnya dapat mensinkronisasikan APBD Perubahan dan APBD Induk. Bahkan, untuk memaksimalkan pelaksanaan normalisasi sungai, pihaknya mendorong anggaran tak terduga bisa dinaikkan menjadi Rp 5 miliar.

Sementara itu, anggota DPRD Karangasem, I Gusti Lanang Sidemen mengatakan material lahar dingin juga mengendap di hulu aliran Tukad Unda. Dia mendesak penanganan normalisasi sungai ini dilakukan merata hingga ke Kecamatan Sidemen. “Lakukan normalisasi segera. Apalagi yang di hulu sudah terjadi pengendapan, kalau nanti banjir lahar dingin lagi, bisa mengancam permukiman warga, karena akan mengalir ke samping,” tegasnya.

Baca juga:  Investasi Terus Mengalir Pengusaha Lokal Justru Tersingkir

I Made Wiguna dari Dinas PUPR Karangasem yang turut hadir dalam kegiatan dewan, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas PU Provinsi, khususnya dengan pihak Balai Wilayah Sungai Bali Penida untuk rencana jangka panjang penataan sungai di Karangasem. Dalam catatan pihak Balai, ada sembilan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang menjadi prioritas penanganan di Karangasem. Sementara untuk penanganan jangka pendek, dilakukan dengan mengerahkan alat berat melakukan normalisasi.
Dinas PU Provinsi Bali, sementara hanya melakukan pengamanan tiang pancang jembatan Yeh Sah yang dibangun Provinsi tahun 1996 itu. Caranya dengan mengangkut batu-batu besar menggunakan exavator ke dekat tiang pancang. “Ini mengerikan. Kalau banjir lahar dingin datang lagi, jembatan ini hancur,” kata Made Juwita, legislator dari Partai NasDem, setelah melihat langsung material yang dibawa banjir lahar dingin cukup besar. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *