Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali memiliki potensi luar biasa di bidang Usada atau Pengobatan Tradisional Bali. Oleh karena itu, Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar sebagai perguruan tinggi berbasis Agama Hindu telah mengembangkan potensi warisan leluhur kebanggaan krama Bali tersebut.

Bahkan, Unhi Denpasar telah memiliki program studi (Prodi) Ayurweda atau pengobatan tradisional yang dikembangkan di Fakultas Kesehatan. Tidak hanya itu, Unhi Denpasar juga telah memiliki Klinik Griya Sehat Ayurweda yang memadukan sistem pengobatan Ayurweda dan Usada Bali yang mendapat dukungan penuh dari ICCS India.

Selain sebagai Griya Sehat, klinik ini juga berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa kesehatan tradisional pada Prodi Ayurweda. Prodi Kesehatan Tradisional ini satu-satunya di Indonesia yang dilengkapi dengan fasilitas yang hampir sama dengan rumah sakit pendidikan

Rektor Unhi Denpasar, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, M.S., menegaskan bahwa ke depan Unhi akan menjadi pusat pengembangan pengobatan tradisional berbasis kearifan lokal Bali (Usadha). Oleh karena itu, Prodi Kesehatan yang dimiliki akan dikembangkan.

Terutama terkait dengan pengembangan program profesi pengobatan tradisional yang merupakan satu-satunya di Indonesia. “Kebetulan Counsil Kesehatan Tradisional Indonesia datang ke Unhi, untuk membicarakan terkait dengan rencana pendirian program profesi pengobatan tradisional. Kalau ini bisa kita wujudkan, maka ini adalah satu-satunya dan pertama kali yang ada di Indonesia,” ujar Prof. Damriyasa, Senin (21/11).

Baca juga:  Dua Wilayah di Denpasar Catatkan Warganya Meninggal COVID-19

Prof. Damriyasa mengatakan bahwa potensi pengembangan kesehatan tradisional di Indonesia cukup tinggi, khususnya di Bali. Karena didukung dengan regulasi melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 55 Tahun 2019 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali. Selain itu, Bali juga didukung dengan referensi terkait dengan pengobatan tradisional Bali ini, seperti lontar dan referensi lainnya. “Tinggal sekarang kita mengembangkan teknologi. Dan kami di Unhi sudah kerjasama dengan UGM dan ITB untuk pengembangan dari aspek teknologi. Tetapi dari aspek referensi, kita sangat kaya dan banyak yang bisa kita kembangkan,” tandas Guru Besar Universitas Udayana jebolan Jerman ini.

Tidak hanya itu, Prof. Damriyasa mengungkapkan bahwa dari segi SDM, Bali sudah memiliki Gotra Pangusada Bali. Pengalaman-pengamalan empiris tentang pengobatan tradisional Bali yang dimiliki Gotra Pangusada Bali ini akan dikembangkan lagi di Unhi Denpasar. “Yang perlu kita bangun adalah lembaga pendidikan formal yaitu dalam bentuk program vokasi. Kami juga sedang mengusulkan agar Unhi memiliki Fakultas Kedokteran yang nantinya akan mengkolaborasikan kesehatan tradisional dengan kesehatan modern,” tandasnya.

Baca juga:  Warga Australia Sambut Baik Pembukaan Pariwisata Bali, Puncaki Jumlah Kunjungan Wisman

Prof. Damriyasa mengungkapkan bahwa pengobatan modern yang selama ini dikembangkan awalnya bersumber dari pengobatan tradisional. Ia mencontohkan, pengobatan modern yang mengembangkan obat-obat tertentu bisa mengadopsi bahan aktif yang ada di pengobatan tradisional. Seperti tanaman-tanaman obat tradisional yang kita miliki. Namun, karena keterbatasan dari bahan baku, sehingga tidak jarang diciptakan bahan aktif sintetis.

“Kalau kita kembali ke pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman-tanaman obat tradisional, keuntungannya adalah efek samping dari obat tersebut bisa diperkecil atau diminimalis. Oleh karena itu, antara pengobatan konvensional atau modern jika dibarengi dengan pengobatan tradisional, saya kira ini akan menyelesaikan persoalan-persoalan kesehatan yang ada selama ini. Jadi, ke depannya tentu seperti yang kita kembangkan di Unhi yang namanya Purana Wellness lebih kepada bagaimana mencegah supaya tidak sakit,” pungkasnya.

Akademisi Fakultas Kesehatan Unhi Denpasar, dr. Ida Bagus Wiryanatha, M.Si., mengatakan bahwa ada 3 pengobatan tradisional yang kini diakui oleh pemerintah. Yaitu, pengobatan tradisional empiris, komplementer, dan integrasi.

Baca juga:  Perda RPIP Bali Tahun 2020-2040, Menentukan Sasaran, Strategi dan Rencana Aksi Pembangunan Industri

Unhi Denpasar sebagai pusat pengembangan pengobatan tradisional telah memenuhi ketiganya, mulai dari empiris, kemudian komplementer dan terakhir integrasi. Untuk yang empiris, Unhi Denpasar sudah menjalaninya.

Hal ini terbukti dari kurikulum yang diterapkan dan posisi tamatan Ayurweda di masyarakat. Untuk yang komplementer dan terintegrasi, Unhi Denpasar juga sudah bertaki-taki membentuk Prodi Kedokteran Umum yang di dalamnya terkandung muatan usadha.

“Jadi manfaatnya bagi Unhi adalah sebagai lembaga dan perguruan tinggi bisa memenuhi unsur Tri Dharma-nya berupa pengabdian masyarakat, artinya Unhi berkontribusi untuk pemajuan pengobatan tradisional berbasis usada yang dimiliki oleh masyarakat Bali,” tandas mantan Dekan Fakultas Kesehatan Unhi Denpasar ini.

Wiryanatha mengatakan bahwa pengobatan tradisional memiliki sejumlah kelebihan. Diantaranya, menggunakan bahan tradisional yang tidak berefek samping, hubungan antara pengobat dengan pasien tidak berjarak (lebih kepada rasa persaudaraan yang tinggi), tidak ada keinginan menguntungkan sebelah pihak. Selain itu, juga bermanfaat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan, menguntungkan ekonomi lokal, tidak memperkaya para pemilik modal dalam kesehatan/pengobatan. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *