SEMARAPURA, BALIPOST.com – Permintaan garam lokal Klungkung sangat tinggi pasca mendapatkan perhatian khusus dari Pemprov Bali. Sayangnya karena terkendala cuaca, proses produksi garam lokal menjadi terhambat.
Petani garam harus sabar dan hanya mengandalkan stok hasil produksi sebelumnya. Ketua Kelompok Petani Garam Sarining Segara Mangku Rena, Kamis (24/11) mengapresiasi apa yang telah dilakukan pemerintah dalam menyejahterakan petani garam.
Mulai dari keluarnya Sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kemenkumham RI bagi Garam Kusamba, ini tidak terlepas dari besarnya perhatian pemerintah daerah. Dengan terbitnya Sertifikat IG ini, maka hasil produksi garam organik Kusamba ini, semakin dimudahkan untuk menembus pasar ekspor. Sehingga market Garam Kusamba semakin kuat dan luas.
Saat ini Mangku Rena mengatakan, permintaan Garam Kusamba cukup tinggi. Namun, karena terkendala cuaca, permintaan itu belum sepenuhnya bisa dipenuhi. Musim hujan dalam beberapa bulan terakhir memaksa petani garam harus bersabar dan hanya mengandalkan stok dari hasil panen sebelumnya.
Permintaan dari koperasi setempat yang memasarkan hasil petani garam, mencapai 1 ton per bulan. Selain itu, juga ada permintaan garam 700 kg untuk ekspor. Setelah stok habis, dia dan petani lainnya harus menunggu lagi agar cuaca cerah, sehingga bisa memproduksi garam dalam jumlah besar.
Petani garam kini memang sangat merasakan perhatian besar yang terhadap mereka. Bantuan dan fasilitas dari pemerintah kian dirasakan dan sangat bermanfaat bagi petani garam. Seperti petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, mereka kini semakin optimis dalam melakukan produksi, untuk memenuhi permintaan pasar lokal hingga ekspor.
Garis Pantai Karangdadi Desa Kusamba yang menjadi sentral produksi garam tradisional, kini juga sudah tertata dengan baik. Tanggul pengaman pantai telah berdiri di sepanjang garis pantai ini, sehingga para petani garam tradisional tidak lagi khawatir dengan terjadinya abrasi.
Petani Garam Tradisional Pantai Karangdadi, Nengah Kerta Yasa, Kamis (24/11) kini mengaku lebih nyaman dalam membuat garam. Karena ketika ombak besar datang, lahan penggaramannya tidak lagi tergerus. “Dulu itu banyak lahan yang tergerus saat ombak besar. Sekarang dengan adanya tanggul, areal penggaraman tidak terganggu lagi,” ujarnya.
Selain itu, bantuan mesin pompa air laut yang beberapa tahun tidak termanfaatkan, kini akhirnya bisa digunakan sejak tiga bulan terakhir. Air laut yang dipompa menggunakan mesin, dibawa ke penampungan air yang setelah itu baru disiram-siramkan ke tempat penggaraman sebagai awal proses pembuatan garam tradisional Kusamba. Ini membuat pekerjaannya semakin nyaman dan dimudahkan.
Melihat efektifnya mesin pompa ini, petani garam lainnya, Nengah Sukarti, juga ingin memanfaatkannya. Dengan keberadaan tanggul saat ini, dia mengaku sangat membutuhkan mesin pompa air laut untuk mempermudah pekerjaannya. Karena belum punya mesin pompa, dia sementara harus naik dari pantai ke tanggul untuk bisa mengambil air ke laut.
Ini sangat berat baginya harus bolak balik mengisi palung tempat pembuatan garamnya. “Semoga saya juga bisa segera mendapat bantuan mesin pompa itu. Dulu saya pernah menerimanya sewaktu belum ada tanggul, tetapi karena jarang dipakai, saya takutnya mesinnya rusak, sehingga dulu saya kembalikan,” katanya. (Bagiarta/balipost)