SEMARAPURA, BALIPOST.com – Keberadaan Kapal Roro milik Pemkab Klungkung tak pernah sepi dari masalah. Kapal plat merah ini rusak lagi, padahal baru selesai dari proses docking selama sebulan penuh. Kondisi demikian kembali menjadi sorotan banyak pihak, karena jelas yang dirugikan masyarakat, khususnya masyarakat Nusa Penida.
Kerusakan diketahui terjadi pada bagian sistem penggerak (throttle microcomander) mesin utama kiri. Kerusakan ini cukup ironis, karena sepulang dari docking, kapal ini baru sehari berlayar lagi. Tetapi, rusak lagi. Biaya docking cukup menguras APBD mencapai Rp 1,8 miliar. Kepala Dinas Perhubungan Klungkung I Nyoman Sucitra, Rabu (30/11), mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi pada kapal roro tersebut di luar list perbaikan yang dilakukan saat docking. Dengan kerusakan ini, dia mengaku belum tahu, kapan perbaikan selesai dan Kapal Roro bisa kembali beroperasi.
“Kerusakan ini diluar list yang diperbaiki saat proses docking. Sehingga kerusakan tersebut tidak memiliki hubungan dengan pemeliharaan yang dilakukan selama sebulan,” kilah Sucitra.
Sesuai pengumuman dari Dinas Perhubungan Kabupaten Klungkung kapal roro tidak bisa dioperasikan mulai Selasa (29/11). Kerusakan yang terjadi ini tidak terlepas dengan usia tua kapal roro yang sudah dua dekade beroperasi. Sehingga sesungguhnya cukup banyak komponen yang perlu mendapatkan perbaikan. Dia mengaku sudah melakukan langkah-langkah untuk segera memperbaiki kerusakan ini, yakni dengan mendatangkan teknisi dan suku cadang. Dengan perbaikan ini, dia berharap semoga Kapal Roro segera bisa diperbaiki dan kembali bisa beroperasi.
Situasi yang terjadi pada Kapal Roro ini, amat disayangkan kalangan dewan. Salah satunya datang dari Wakil Ketua DPRD Klungkung I Wayan Baru. Tidak beroperasinya kapal roro ini tentu berdampak terhadap mobilitas barang ke Nusa Penida. Karena Kapal Roro untuk angkutan barang ke Nusa Penida perannya cukup vital, terutama untuk mengangkut kendaraan yang membawa material atau pun bahan kebutuhan pokok ke Nusa Penida.
Dia meminta proses perbaikan bisa segera mungkin dituntaskan. Agar proses transportasi orang dan barang bisa kembali lancar. Jika terus berlarut-larut, maka ini bisa mengakibatkan harga-harga kebutuhan pokok kembali merangkak naik. Demikian juga layanan angkutan material untuk proses pembangunan agar kembali berjalan lancar. “Kapal Roro satu-satunya transportasi ke Nusa Penida yang masih bisa terjangkau harganya. Jangan biarkan masalah ini berlarut-larut. Sudah banyak masyarakat khususnya masyarakat Nusa Penida yang mengeluhkan situasi ini,” sorot tokoh masyarakat asal Desa Sakti Nusa Penida ini.
Kerusakan setelah pross docking ini, menurut dia sangat merugikan masyarakat. Situasi ini harus kembali di evaluasi oleh pemerintah daerah, guna memaksimalkan pross docking. Kapal Roro saat docking tentu harus mendapatkan penanganan kondisi kapal secara menyeluruh. Jadi, menjadi pertanyaan besar, jika habis docking, justru kapal rusak lagi.
Kapal Roro Nusa Jaya Abadi dibeli tahun 2006 seharga Rp 18 miliar dengan mesin Induk 2 x 80 HP dan bobot kapal 629 GT. Kapal ini diresmikan penggunaannya pada 28 April 2007 oleh Presiden RI SBY. Kapal Roro memiliki panjang 39,50 meter, lebar 11,60 meter, tinggi 3 meter, dengan kecepatan 12 Knot. Di dalam kapal ada ABK 14 orang, dengan kapasitas 6 truk, 8 mobil biasa dan 210 penumpang. Sejak tahun 2006, kapal ini setiap hari melakukan penyebrangan sejauh 11 mil dari Padangbai menuju Nusa Penida. (Bagiarta/Balipost)