BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Buahan, di Kecamatan Kintamani merestorasi bangunan Candi Gede Pura Bale Agung desa adat setempat. Bangunan candi yang direstorasi diperkirakan sudah berumur ratusan tahun.
Bendesa Adat Buahan, Made Antara mengatakan, restorasi bangunan Candi Gede Pura Bale Agung Buahan baru pertamakali dilaksanakan. Pihaknya melakukan restorasi terhadap candi gede itu karena bangunan candi sudah termakan usia dan sempat terkena gempa beberapa waktu lalu. “Kalau dibiarkan kondisi bangunan beresiko. Jadi kami merestorasi, disamping menata kembali juga supaya bangunan kokoh dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada umat,” kata Antara, Minggu (4/12).
Sesuai rancangan, bangunan candi gede di Pura Bale Agung Desa Adat Buahan ditata ulang dengan arsitektur, ukuran dan bahan yang sama seperti aslinya. Ornamen ukiran juga dipertahankan sesuai aslinya. Antara mengungkapkan untuk mendapatkan bahan berupa paras dengan kualitas dan warnanya yang sama seperti bangunan aslinya, pihaknya mencari sampai ke Blahbatuh, Gianyar. Itu atas petunjuk tetua di desanya. Untuk mengerjakan penataan candi tersebut pihaknya melibatkan undagi dari Desa Selat, Susut.
Kegiatan restorasi candi gede di Pura Bale Agung Desa Adat Buahan dirancang berlangsung empat bulan. Saat ini kegiatan restorasi baru berjalan satu bulan. Untuk membiayai kegiatan tersebut, pihaknya memanfaatkan bantuan BKK, CSR BUMN, punia Krama dan kas desa adat dengan total nilai sekitar Rp500 juta.
Antara mengatakan alasan pihaknya memilih melakukan restorasi dibanding membangun baru karena ingin melestarikan warisan leluhur. Menurutnya bangunan lama yang masih berdiri kokoh punya taksu tersendiri. Kalau diganti semua dengan ornamen baru, bahan baru, kesan jejak leluhur akan hilang. “Dengan masih adanya bangunan lama juga bisa mengobati rasa rindu dengan leluhur,” ujarnya.
Selain candi gede, Desa Adat Buahan juga masih mempertahankan sejumlah bangunan dan pelinggih kuno yang ada di Pura Bale Agung. Salah satunya bangunan bale agung yang kayu dan ornamennya masih dibiarkan utuh, seperti saat awal dibangun. Hanya bagian batarannya yang pernah diperbaiki. “Bangunan arca berbentuk lembu juga masih utuh, kita pertahankan. Banyak peninggalan leluhur di Desa Adat Buahan yang masih kami pertahankan,” pungkasnya. (Dayu Swasrina/balipost)