DENPASAR, BALIPOST.com – Gempa susulan akibat aktivitas sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Thrust) masih terjadi pascagempa pertama berkekuatan M5,2, Selasa (13/12). Jumlahnya hingga hari keempat, Sabtu (17/12) pukul 08.00 WITA mencapai seratusan kali.
BMKG melaporkan terdapat 108 gempa susulan hingga pukul 08.00 WITA. Magnitudo terbesar adalah 4,6. Sedangkan terkecil M1,6.
Masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
BPBD Karangasem bersama tim reaksi cepat dan sukarelawan PMI pascagempa telah mengantisipasi dengan menyiapkan tenda-tenda keluarga untuk warga dengan rumah rusak berat setelah gempa susulan. Data terakhir, terdapat 42 titik kerusakan.
Rinciannya, 30 rumah rusak ringan, tempat ibadah pribadi ataupun pura sebanyak lima rusak ringan, tempat ibadah umum tiga titik kerusakan, instansi pemerintah 1 unit kantor yang rusak ringan, dan juga ada fasilitas umum sebanyak satu unit.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan kejadian gempa bumi di Kabupaten Karangasem terjadi akibat aktivitas sesar aktif berupa sesar naik busur belakang Flores dengan mekanisme sesar naik. Sesar itu membentang di utara Bali, Nusa Tenggara Barat hingga Flores dan pernah mengakibatkan gempa bumi dahsyat pada tahun 2018.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan berdasarkan analisis geologi yang dilakukan oleh PVMBG, wilayah Karangasem pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran pantai, dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang hingga terjal yang merupakan bagian dari morfologi tubuh gunung api.
Litologinya tersusun oleh endapan kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff, batuan jatuhan gunung api). Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan kuarter tersebut bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombakan gunung api muda yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi menengah hingga tinggi. Wilayah pantai di utara Kabupaten Karangasem tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari dua meter.
Hendra merekomendasikan agar bangunan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
“Oleh karena Kabupaten Karangasem tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural,” ujarnya. (kmb/balipost)