Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc. (BP/Istimewa)

Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam memengaruhi orang lain yang umumnya melalui motivasi untuk bekerja sesuai dengan tujuan dan sasaran yang berlaku. Pemimpin yang ideal, sesuai dengan cita-cita masyarakat seakan sulit ditemukan kini.

Menjadi pemimpin tidaklah mudah. Di era yang makin meng-global, generasi yang akan datang dituntut agar mampu bersaing ketat.

Di era globalisai ini hanya individu-individu dengan kualitas terbaik yang akan berhasil melewati tantangan dan menjadi pemimpin diantara yang lainnya. Ibu merupakan seorang pemimpin juga.

Sedari dulu ibu merupakan pemimpin, penanggung jawab. Titel itu tidak lagi berlaku.

Semua orang bisa jadi pemimpin. Seorang ibu yang memikul tugas kepala keluarga, mengurus rumah tangga, dan merawat anak-anak merupakan hal yang menakjubkan. Dedikasi yang diberikan ibu sangatlah berarti bagi keberlangsungan hidup keluarga.

Ibu tidak hanya diartikan sebagai seorang perempuan yang melahirkan dan membesarkan anak. Peran
seorang ibu amat sangat mulia. Ibu adalah malaikat dan bidadari bagi anaknya.

Oleh karena itu, segala yang baik dari ibu akan mampu dan akan terkesan bagi anaknya. Akan menjadikan anak itu membangun kehidupan yang baik, kehidupan yang bisa memberikan kerahmatan bagi orang-orang di sekitarnya.

Baca juga:  Harmoni dalam Era Kekinian

Ibu adalah jiwa. Ibu adalah moralitas yang mengajarkan kita tentang dunia. Ibu memiliki nilai kepemimpinan yang luar biasa. Bicara tentang sosok ibu adalah wanita yang menginspirasi dan mengubah dunia putra putrinya, dengan kasih sayang dan ketulusan yang hakiki.

Ibu adalah sosok yang sangat istimewa dan tidak pernah akan tergantikan. Ibulah yang mengubah pandangan saya mengenai kepemimpinan. Peran ibu dinilai sangat penting untuk membentuk mental dan karakter anak.

Karena karakter dan kompetensi penting untuk dimiliki
sang pemimpin. Pemimpin harus memiliki kemampuan mengajak atau menggerakan orang untuk melakukan kegiatan yang terencana, kegiatan yang lebih baik, pemimpin harus mampu memberikan motivasi tanpa harus memaksa, sepak terjang anak juga tak lepas dari pentingnya peranan ibu.

Humility ‘kerendahan hati’ merupakan bahan dasar utama kepemimpinan masa kini. Di saat semua berjalan sangat cepat dan penuh dengan ketidakpastian, dibutuhkan kesadaran bahwa kita adalah makhluk yang penuh dengan keterbatasan dan tidak mampu
melakukan segala sesuatunya sendirian. Kata lain dari rendah hati ialah ‘tahu diri’, sadar diri apa yang menjadi
kelebihan dan kekurangan diri.

Baca juga:  Tata Kelola SDM Indonesia

Tahu diri atas apa yang dikuasai, diketahui dan dimiliki
bukan semata-mata bisa memperlakukan orang sesuai kehendaknya. Suasana yang mencekam dan menakutkan dalam bekerja sangat dihindari dalam atmosfer bekerja kekinian, baik di instansi formal seperti kementerian dan lembaga pemerintahan, maupun swasta.

‘Humble Leader’ tidak hanya sebagai atasan yang berpaku pada ‘doing the things right’, namun ‘doing the right things’ dengan memberikan ruang bertumbuh, dukungan emosional dan moral untuk anggota timnya. Pemimpin yang rendah hati disiplin dan konsisten 24
jam dalam memperlakukan timnya dengan baik.

Mempraktikkan rasa hormat tanpa memandang
jabatan dan peran dalam pekerjaan. Hal yang menjadi karakter dari kepemimpinan yang humble adalah keberanian pemimpin untuk mengakui kalau tanpa anggota, mereka bukanlah siapa-siapa.

Baca juga:  Sidak Kafé, Diduga Ada Pekerja Wanita Dibawah Umur

Ketika pemimpin mengakui hal tersebut, maka itu menjadi awal dari perubahan pola pikir kepemimpinan. Mereka tak lagi memandang anggota hanyalah pekerja semata, tetapi sebagai mitra, partner, dan sahabat dalam berkarya.

Akan ada ikatan emosional yang membuat pemimpin
menjadi makin memanusiakan anggotanya dan
anggotanya mendapatkan energi yang membuat mereka bersemangat berkontribusi. Pendekatan
kepemimpinan ‘humble leadership’ sangat relevan
dengan keadaan sekarang.

Gaya kepemimpinan wanita servant leadership. Servant leadership ini dapat hadir dari seseorang yang mempunyai rasa alami ingin melayani kemudian secara sadar membawa seseorang untuk memimpin dengan cara menempatkan kebutuhan karyawan sebagai prioritas, mengenal kehormatan dan pentingnnya nilai bagi setiap individu, dan membatu orang lain dalam
mencapai suatu tujuan bersama.

Karakteristik utama yang membedakan antara kepemimpinan pelayan dengan model kepemimpinan lainnya adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum
adanya keinginan untuk memimpin. Selanjutnya mereka yang memiliki kualitas kepemimpinan akan menjadi pemimpin.

Penulis, Rektor Bali Dwipa University

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *