Beberapa petugas perempuan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar tengah membersihkan kawasan pelaksanaan Denpasar Festival 2022, Rabu (21/12). Para perempuan di Bali tak hanya menjadi ibu rumah tangga, mereka juga bekerja mencari nafkah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hari ini, Kamis (22/12) kita merayakan Hari Ibu. Saatnya kita merefleksi peran wanita dan ibu di Bali. Sebab dia mempunyai peran ganda dan sangat kompleks.

Tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tapi juga pendamping suami, mendidik anak, hingga berperan dalam adat dan upacara keagamaan di lingkungan sekitar. Semua tugas ini bisa dilakukan kaum ibu di Bali karena mereka makin cerdas.

Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Udayana (Unud) Ny. Dayu Bulan Antara, Rabu (21/12) menegaskan wanita Bali wajib memiliki pendidikan yang cukup bahkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi agar memiliki bekal dalam menjalankan peran yang kompleks tersebut. “Wanita Bali banyak menghadapi tantangan mulai dari urusan domestik di rumah tangga sendiri, sebagai anggota masyarakat kita juga sudah tentu memiliki banyak tantangan bagaimana kita bisa menjadi perempuan yang berguna bagi masyarakat di sekitar kita dan bagi negara,” ujarnya.

Tak dipungkiri, di era baru saat ini wanita Bali juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi sehingga mau tidak mau wanita Bali juga turut bekerja membantu suami. Bahkan tidak sedikit wanita Bali menjadi tulang punggung keluarga.

Baca juga:  Ambigu Sosok Ibu

Bertambahnya beban wanita Bali dewasa ini menurutnya tidak membuat wanita Bali kendor namun justru lebih semangat dalam menjalankan perannya. “Wanita Bali sudah banyak yang berkarier, bisnis dan pegawai kantoran, tidak hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga perlu mengatur waktu lebih baik untuk menjalankan peran tersebut,” ujarnya.

Di antara banyak peran tersebut, menjadikan wanita Bali semakin dewasa menghadapi dinamika di masyarakat. Manajemen waktu merupakan hal terpenting yang mesti dilakukan wanita Bali agar dapat menjalankan peran ganda tersebut.

Berbekal pendidikan, wanita Bali dalam menghadapi dinamika perubahan jaman dan peran tersebut juga tidak luput dari kekerasan rumah tangga. Tingginya tingkat stress karena tuntutan hidup menjadikan wanita Bali maupun pasangannya rentan terjadi konflik. Hal ini mendorong terjadinya kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya melibatkan perempuan tapi juga anak-anaknya.

Maka dari itu ia berpendapat wanita Bali mesti memahami kondisinya tersebut dan melapor kepada lembaga atau pihak yang berwenang. Kesadaran tersebut yang menurutnya perlu dibangun agar wanita Bali semakin aware terhadap keselamatan dan kesehatannya beserta anak-anaknya.

Baca juga:  PSSI Bali Belum Terima Surat Stadion Dipta Jadi Venue PD U-20

“Kita harus memperlakukan diri kita, menghormati diri kita, menghargai diri kita agar tidak mendapat perlakuan kekerasan dari pasangan atau lingkungan di sekitar kita. Jadi kita sendiri harus menghargai diri kita sendiri agar tidak mendapatkan kekerasan,” ujarnya.

Srikandi anggota Dewan Karangasem, Kadek W Kusmiadewi mengungkapkan, sosok ibu mampu berperan maksimal di setiap apa yang dilakukan. Meskipun memiliki peran ganda, seorang ibu mampu berperan maksimal di setiap bidang yang ditekuninya. “Selain itu, juga memiliki tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita pekerja yang berpenghasilan (wanita karier),” ujarnya.

Kusmiadewi mengatakan, di jaman yang semakin maju ini, banyak inovasi yang berkembang, semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu tidak heran jika seorang ibu tergerak untuk mengeksplor potensi yang dimilikinya. Apakah itu di bidang politik, ekonomi atau sosial budaya, Kemampuan dan kedudukan perempuan sama dengan laki-laki.

“Menurut saya,  peran ganda dimana fungsi ekstern dan fungsi intern yang merupakan dasar peran yang dimiliki seorang ibu sebagai seorang perempuan terutama yang berkarier, diharapkan benar-benar mengatur perannya agar kedua peran tersebut tidak sampai terabaikan. Untuk itu, perlu kerja sama dengan semua anggota keluarga sehingga seorang ibu bisa melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya secara maksimal,” katanya.

Baca juga:  Komunitas H.A.I Bali Kopdar di Dealer Asia Motor

Menurut Kusmiadewi, ibu-ibu di Bali adalah perempuan-perempuan cerdas, meskipun kegiatan banyak ada kegiatan adat tak pernah henti-hentinya untuk tidak datang. Mereka mampu mengkondisikan waktu dengan tetap melaksanakan tugas adat, pekerjaaan rumah tangga sampai pekerjaan di kantor. “Jadi, tidak salah jika ibu-ibu di Bali merupakan wanita yang multitasking,” katanya.

Disinggung bagaimana cara mengatur waktu sebagai anggota dewan serta ibu rumah tangga, Kusmiadewi menegaskan sehebat apa pun seorang perempuan, sebagai manusia yang dikenal sebagai mahluk sosial, tetap memerlukan bantuan orang lain, yakni anggota keluarga, mulai dari suami dan anak-anak. “Jadi, segala bentuk kegiatan, pekerjaan yang dilakukan atau yang akan dilakukan kita komunikasikan untuk berbagi tugas.  Jika ada kesulitan, maka kita sama-sama mencari solusinya. Sehingga kewajiban saya sebagai seorang ibu serta tanggung jawab saya terhadap tugas-tugas di legislatif dapat terlaksana dengan baik,” tandas perempuan yang juga Ketua Fraksi Partai Gerindra itu. (Citta Maya/Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN