SINGARAJA, BALIPOST.com – Krama Desa Adat Tangkid di Kecamatan Kubutambahan antusias melaksanakan pembangunan fisik terutama pada baga prayangan. Ini karena, sebagian besar prayangan yang diwarisi oleh krama desa, kondisinya mengalami kerusakan karena terlalu lama tidak pernah tersentuh program renovasi.
Semangat krama desa dalam pembangunan ini dibarengi dengan kebijakan Gubernur Bali Wayan Koster yang memperhatikan desa adat dengan menggelontorkan Bantuan Keuangan Khusus (BKK). Dengan bantuan itu, sekarang beban krama desa menjadi lebih ringan.
Kelian Desa Adat Tangkid, Kecamatan Kubutambahan Gede Sudiarsa, Kamis (22/12) mengatakan, sejak desa adat terbentuk pembagian wewidangan desa adat terdiri dari hanya 1 banjar adat saja, yaitu Banjar Adat Tangkid. Dari jumlah krama desa juga masih tergolong kecil.
Hasil pendataan terbaru, tercatat krama desa mipil (krama negak) 283 kepala keluarga (KK). Sebagian besar profesi para krama desa ini sebagai petani perkebunan dengan komoditas cengkeh.
Ada juga menanam kelapa, dan sisanya membudidayakan mangga. Profesi lainnya ada krama merantau di luar desa adat dan juga menjadi tenaga serabutan. “Dari terbentuk hanya ada 1 banjar adat, dan wewidangan kami juga kecil,” katanya.
Meskipun wewidangan kecil, namun tugas dan tanggungjawab dalam menjalankan pemerintahan adat sama dengan desa adat lain pada umumnya. Apalagi, desa adat ini mewarisi prayangan baik yang masuk pada deretan Kayangan Tiga dan Pura Payangan Desa.
Saat melaksanakan pembangunan fisik, pihaknya sangat terbantu setelah menerima bantuan dari Gubernur Bali Wayan Koster yang mengalokasikan BKK kepada semua desa adat termasuk di Desa Adat Tangkid. Dengan dana tersebut, pihkanya telah melaksanakan pembangunan fisik di Pura Dalem.
Pada 2021 yang lalu, pihaknya telah menyelesaikan pembangunan Bale Kajang. Kemudian di tahun 2022 ini, pembangunan juga telah dilanjutkan dengan membangun Gedong dan Padma. Selain itu, juga dilakukan penataan pada Ulu Setra (kuburan). “Sebenarnya dari tahun 2015 silam kami melakukan kegiatan fisik di prayangan, maklum kami desa kecil dan krama sedikit, sehingga tidak memiliki cukup dana. Kami terbantu sekali setelah ada BKK Gubernur Bali ini, sehingga kami masih fokus menuntaskan renovasi di Pura Dalem karena memang kondisinya mengalami kerusakan dan perlu segara diperbaiki,” katanya.
Pada baga palemahan, Desa Adat Tangkid mengeluarkan kebijakan turut serta menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Program ini dilakukan dengan cara berpartisipasi untuk menyediakan sarana prasarana penanganan sampah di wewidangan desa adat.
Dengan menyisihkan BKK, desa adat ini telah mengadakan beberapa unit bak sampah untuk membantu pemerintah desa (pemdes) dalam mencegah pencemaran lingkungan dari sebaran sampah plastik. “Kami juga gunakan untuk pengadaan tong sampah dalam membantu desa dinas dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di desa,” jelasnya.
Terkait program ke depan, Kelian Desa Adat Tangkid, Gede Sudiarsa menyebut, nantinya setelah menuntaskan program pembangunan fisik pada baga prayangan, pihaknya memikirkan akan melaksanakan program pengembangan potensi lokal di desa adat. Ini dilakukan karena wewidangan desa adat terkenal dengan potensi perkebunan cengkeh, kelapa, dan mangga.
Selain itu, pengembangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) juga menjadi bagian kebijakan pemerintahan desa adat di tahun berikutnya. Tentu saja program ini dijalankan bersama dengan pemerintah desa dinas, potensi perkebunan itu akan dioptimalkan lagi, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan krama desa itu sendiri. (Mudiarta/balipost)