Pelajar sedang mengikuti lomba Baligrafi. (BP/olo)
NEGARA, BALIPOST.com – Puluhan siswa-siswi SMA/SMK di Jembrana Selasa (12/12) mengikuti lomba Baligrafi (kreasi seni aksara Bali). Lomba atas inisiatif Paiketan Penyuluh Bahasa Bali Jembrana ini bermula dari keprihatinan mulai pudarnya kemampuan generasi muda dalam menulis aksara Bali.

Sulit ditemukan siswa yang bisa membaca dan menulis aksara Bali. Apalagi hingga berkreasi seni menjadikan aksara membentuk suatu gambar atau karya seni.

I Made Surianta, penyuluh Bahasa Bali yang juga selaku pelaksana kegiatan mengungkapkan kendati baru pertamakali dilaksanakan di Jembrana, namun antusias siswa cukup lumayan. Kreasi seni mereka juga beragam, kendati masih setingkat SMA/SMK. “Seperti bentuk Matcya Awatara yang menjadi juara I dan Barong Rangda juara dua. Menariknya juga, peserta ini dari berbagai latarbelakang,” ujarnya.

Baca juga:  Pembangunan Bandara Bali Utara Diminta Segera Realisasi

Dari indikator itu, semestinya para generasi muda Bali semestinya harus lebih antusias. Kecintaan siswa-siswi Jembrana terhadap seni aksara Bali ini bisa terus dikembangkan hingga mereka dewasa nanti. Bahkan bukan tidak mungkin bisa menjadi mata pencaharian ke depannya.

Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan disela-sela lomba mengaku salut dan apresiasi atas upaya memasyarakatkan tradisi aksara Bali ini. Pihaknya juga merasakan bahwa generasi milenial saat ini menurutnya sudah banyak yang mulai melupakan tradisi–tradisi keaksaraan yang ada di Bali. “Dengan kegiatan semacam ini harapan saya bisa membangkitkan tradisi keaksaraan yang nyaris dilupakan generasi muda,” ujar Kembang Hartawan.

Baca juga:  Kasus Positif COVID-19 Bertambah, Warga Padangkerta Dilarang Terima Tamu Luar

Wabup juga sepakat kemampuan peserta Baligrafi ini juga berpotensi menciptakan nilai ekonomis dari seni yang dihasilkan. “Kita tahu di Bali sangat erat kaitannya dengan seni, tidak ada ada salahnya jika peserta Baligrafi juga membuat seni dengan nilai ekonomis, yang layak jual. Bisa dalam bentuk kreatif seperti meme, kartun, atau karikatur,” pungkasnya. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *