SEMARAPURA, BALIPOST.com – Sebagai upaya untuk mengharmonisasi alam, Desa Adat Dalem Setra Batununggul menggelar upacara neduh jagat. Masyarakat setempat juga menyebutnya dengan Ngadegang Batara Tirta yang dilangsungkan pada tilem ke enam. Upacara ini diharapkan dapat menjaga keseimbangan alam dari berbagai bencana alam yang terjadi belakangan ini, dipengujung tahun 2022.
Ngadegang yang berarti ngadeg atau ngalinggihang Ida Batara Tirta di Paryhangan di Pura Dalem. Nantinya saat panyineban dibagikan kepada masyarakat atau krama setempat. Bhatara Tirta kapundut dari Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Dalem Setra Batununggul serta Kahyangan Jagat se-Nusa Penida.
Bendesa Desa Adat Dalem Setra Batununggul, I Dewa Ketut Anom Astika, Jumat (30/12) menyampaikan prosesi ini dua tahun terakhir tidak bisa terlaksana dikarenakan adanya musibah kebakaran Pura Dalem dan berbarengan dengan pandemi Covid-19. Saat itu, krama desa fokus memperbaiki sejumlah palinggih yang dua tahun lalu sempat terbakar. Bulan Juli lalu baru terlaksana upara pembersihan pura, setelah selesaI renovasi besar-besaran.
Setelah itu, baru upacara Neduh Jagat atau Ngadegang bisa terlaksana kembali seperti biasa. Dia menyebutkan berbagai bencana sudah menimpa Bali, baik banjir maupun tanah longsor, begitu juga dengan bencana lainnya seperti angin kencang. Peralihan musim memicu embusan angin kencang yang mengakibatkan gelombang tinggi. “Upacara Neduh Jagat ini untuk mengharmonisasi alam, agar alam ini kembali seimbang. Upacara ini menjadi warisan sejak dulu, kebetulan berbarengan dengan Upacara Pamarisudha Bumi yang digelar di Pura Watu Klotok, Klungkung, pada tilem sasih kaenam,” kata Dewa Anom.
Upacara mendak Ida Batara Tirta bertepatan dengan tilem ke enam. Upacara ini berkaitan dengan cuaca ekstrim yang melanda saat ini, itensitas hujan yang tinggi juga tidak baik bagi kegiatan masyarakat. Aktivitas pesisir tak terlepas dari kegiatan masyarakat sebagai nelayan dan bertani. Maka, dari sana dia mengatakan faktor cuaca sangat menentukan hasil tangkapan nelayan begitu juga dengan petani, khususnya pertanian rumput laut.
“Upacara Tawur Gentuh diawali dengan Bhatara Tirta turun kabeh dari Pura Sad Kahyangan Jagat Nusa Penida dan Pura Kahyangan Tiga berjumlah 19. Upacara ini digelar setiap tahun yang sudah diwarisi dari leluhur. Tujuan upacara ini tiada lain memohon kerayahuan terhindar dari cuaca ekstrem Ida Bhatara Tirta katur nyejer selama 4 hari. Saat nyineb, tirta tersebut dibagikan kepada semua masyarakat,” ujarnya.
Upacara ini juga menjaga keharmonisan alam antara bhuana alit dan bhuana agung untuk memberikan rasa teduh masyarakat dan alam semesta. Rentetan upacara setelah tawur gentuh ini dilanjutkan dengan upacara Ngadegang di Banjar Sampalan dan Batununggul setelah sebulan, dengan pelawatan barong bangkal, barong dan rangda. (Bagiarta/balipost)