I Wayan Sukarsa. (BP/Istimewa)

Oleh I Wayan Sukarsa

Pertanian merupakan sektor strategis sebagai sumber penyedia pangan bagi kelangsungan hidup manusia, tetapi sayangnya, pertanian sebagai salah satu sektor dalam sistem sosio-ekonomi dan kesehatan sangat dipengaruhi terjadinya perubahan iklim dan faktor lainnya. Kerentanan sektor pertanian terhadap perubahan iklim terlihat terjadinya gagal panen akibat bencana alam hidrometeorologi, seperti El Nino dan La Nina.

Tidak hanya perubahan iklim, peningkatan jumlah populasi manusia yang mendorong alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman, ditambah lagi terjadinya perubahan komposisi alamiah tanah sebagai media tanaman seperti degradasi lahan, menurunnya sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah sebagai dampak prilaku petani menggunakan pestisida dan pupuk sintetis berlebihan atau tidak cermat sebagai input dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman.

Beberapa kajian ilmiah telah dilakukan bahwa penggunaan bahan sintetis secara intensif menimbulkan permasalahan seperti tanaman mengalami toksisitas, residu pada produk pertanian, teridentifikasi logam berat pada tanah, resistensi hama primer dan resurgensi hama sekunder dan membunuh populasi musuh alami sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman. “Bagaimanakah sektor pertanian sebagai penyedia pangan menjawab tantangan tersebut ke depan?”

Baca juga:  Memutus Mata Rantai Bencana

Sejalan dengan berlangsungnya era industri 4.0 telah membawa perubahan signifikan, tidak saja bergesernya jenis teknologi yang gunakan, tetapi yang lebih penting lagi perubahan pola pikir (mindset) yang memberikan dampak dan pengaruh terhadap arah kebijakan pembangunan sektor pertanian menjadi industri. Sistem pertanian tidak lagi hanya kegiatan bercocok tanam semata, tetapi pertanian merupakan bagian sebuah sistem industri yang ditandai dengan transformasi bahan baku (raw materials) menjadi produk pertanian (agricultural products) yang siap untuk dimanfaatkan, memiliki nilai tambah, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan.

Kebutuhan hasil pertanian yang lebih tinggi dengan perlindungan kualitas lingkungan yang lebih baik, telah mendorong lahirnya gerakan pertanian presisi yang cepat dan cerdas menggunakan pendekatan dan teknologi dari hulu hingga hilir, memerlukan input dan teknik yang tepat. Ketepatan aktivitas ini dibarengi dengan penggunaan alat mesin pertanian didukung perangkat yang cerdas (sensor presisi yang cerdas, satelit, drone, computer dll). Keberadaan pertanian presisi diharapkan bisa jadi solusi segala jenis permasalahan dan bisa menjadi wajah baru sektor pertanian berbasis teknologi modern karena banyak keuntungan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Baca juga:  Gerakan Perubahan Berbasis Sekolah

Akselerasi pengembangan pertanian presisi tidak dapat lepas dari pemanfaatan teknologi modern yang mampu mendeteksi apa yang ada di lahan, memutuskan apa yang akan dilakukan dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan keputusan yang dibuat. Pertanian presisi (precision agriculture) membutuhkan karakter sumber daya manusia generasi milenial untuk mencipta, merekayasa, dan mengoperasikan sistem pertanian modern berbasis teknologi baru untuk menjalankan dan mengaplikasikannya.

Karakteristik generasi milenial yang berbeda-beda disetiap wilayah dan kondisi sosial-ekonomi, menjadi tantangan dalam mengaplikasikan sistem pertanian presisi. Tantangan bagi petani harus memiliki kemampuan dalam pengelolaan lahan, pengelolaan tanaman, pengelolaan alat dan mesin pertanian, baik pada tahapan pra-panen maupun pascapanen, serta pengelolaan tenaga kerja sedangkan bagi pemerintah adalah agar sektor ini dilirik oleh generasi milenial. Untuk itu, pemerintah perlu memberikan pelatihan serta menyediakan alat dan mesin pendukung pertanian presisi dalam jumlah massal dan penyebarannya sesuai kebutuhan serta memperkuat koordinasi antar berbagai stakeholder harus diefektifkan, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, dan petani harus mengambil peran sesuai bidangnya secara kolaboratif.

Baca juga:  Sekolah Berkualitas

Penulis adalah Analis Kebijakan pada Badan Litbang Kabupaten Badung

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *