NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Manistutu yang berbatasan dengan hutan memiliki komitmen menjaga kelestarian alam sebagai salah satu aspek palemahan. Desa Adat mendorong Krama dalam pelestarian dengan menanam tanaman di hutan dan melepasliarkan satwa burung.
Selama setahun ini, sudah ribuan bibit tanaman keras yang ditanam, yang memiliki fungsi beragam untuk kehidupan. Bendesa Manistutu, Wayan Reden, mengatakan untuk gerakan menanam pohon dilakukan secara berkelanjutan salah satunya melalui kegiatan kelompok masyarakat seperti Pokdarwis.
Program tanam pohon dilakukan setiap ada warga yang mengunjungi atau berkemah ke Manistutu Camp Ground (Mantu Cager). Selain penanaman pohon, juga dilakukan pelepasliaran satwa seperti yang dilakukan belum lama ini.
Desa Adat Manistutu mendukung pelepasan ratusan ekor burung bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA). “Kami mendukung agar Krama untuk ikut menjaga kelestarian hutan Manistutu, dengan gerakan menanam pohon. Termasuk juga menjaga satwa dengan tidak memburunya, termasuk burung,” kata Reden.
Pensiunan guru ini mengungkapkan pelepasliaran satwa khususnya burung sudah kesekian kali dilakukan di sekitar Mantu Cager yang berada di atas bendungan Benel. Upaya ini diharapkan dapat menjadikan hutan Manistutu tetap alami dan lestari sehingga ekosistem berjalan seimbang.
Selain di palemahan, dalam aspek pawongan, Desa Adat Manistutu memprogramkan pendidikan adat dan agama sejak dini melalui pasraman. “Kami di desa adat berkolaborasi dengan sekolah menengah Hindu, Utama Widya Pasraman (UWP) Sila Kertha Raharja yang lokasinya berada di Desa Manistutu, ” katanya.
Di dalam pasraman itu juga membentuk karakter para generasi muda pentingnya menjaga alam, dalam hal ini hutan yang berada dekat dengan Manistutu. Desa Adat Manistutu merupakan salah satu desa adat yang berada di Kecamatan Melaya, Jembrana. (Surya Dharma/balipost)