Pedagang barang-barang antik menata dagangannya pada hari pertama pembukaan kembali Pasar Seni Panjiayuan, Kota Beijing, China, Senin (23/1/2023), setelah tutup sehari menjelang Tahun Baru Imlek 2023. Sepanjang tahun 2022 pasar seni terbesar di Ibu Kota tersebut telah beberapa kali ditutup total (lockdown) sebelum kebijakan nol kasus COVID-19 dicabut pada 7 Desember. (BP/Ant)

BEIJING, BALIPOST.com – Serangan COVID-19 dalam tujuh hari pada 20-26 Januari 2023, menyebabkan sebanyak 6.364 warga China tewas.

Dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (29/1), data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) di Beijing, mengungkapkan bahwa data kematian tersebut menurun jika dibandingkan dengan periode 13-19 Januari yang mencapai angka 12.658 kasus.

Dari 6.364 kasus kematian COVID saat dalam perawatan di rumah sakit, 289 kasus akibat kegagalan sistem pernapasan dan 6.075 kasus sisanya memiliki penyakit bawaan. Serangan COVID tiga tahun terakhir telah mengakibatkan sekitar 80 ribu warga China tewas.

Baca juga:  Rotasi Bumi Melambat, Hari Jadi Lebih Panjang

Otoritas China menentukan kasus kematian COVID-19 berdasarkan hasil tes positif PCR sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga internasional lainnya.

Pada Kamis (26/1) tercatat 215.958 orang dirawat di rumah sakit karena COVID, termasuk 26.156 dalam kondisi parah. Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) pada 25 Desember 2022 memutuskan penghentian publikasi perkembangan data COVID. Beberapa negara menanggapi kebijakan tersebut dengan mengambil tindakan pembatasan kedatangan warga China.

Baca juga:  Gregoria Mariska ke Semifinal Olimpiade Paris

WHO memaklumi sikap beberapa negara tersebut dan mendesak China bersikap transparan terkait dengan perkembangan data COVID. NHC sebagai otoritas kesehatan China memerintahkan CCDC menyampaikan laporan berkala tentang data perkembangan COVID. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *