Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Sahadewa

Kebudayaan adalah kepribadian suatu komunitas tertentu baik yang bercirikan secara mikro atau makro. Ini berarti bahwa kebudayaan dapat dipersempit ataupun diperluas tergantung subjek yang melakukannya. Pada dasarnya kebudayaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan.

Untuk itulah letak pentingnya pembahasan dalam tulisan ini. Bahwa kebudayaan tidak saja menyangkut karya seni semata melainkan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebiasaan yang mandarah daging dalam kenyataan kehidupan dan hidup itu sendiri. Inilah yang kemudian dapat dijadikan sebagai pekerjaan rumah besar bagi setiap masyarakat untuk mampu meningkatkan kualitas kebudayaannya itu.

Kebudayaan dihubungkan dengan politik sepertinya ada kesan tidak nyambung akan tetapi tugas dari tulisan inilah yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan politik dapat dijadikan partner asalkan tidak terjadi hegemoni atas satu sama lainnya itu. Inilah yang disebut sebagai bentuk kerjasama antara kebudayaan dan politik jadi inti dari tulisan ini adalah menemukan kebudayaan dan politik tidak selalu berseberangan ataupun tidak selalu untuk saling mengambil keuntungan satu sama lain melainkan dapat dipergunakan dalam konteks keterhubungan yang konstruktif.

Konteks keterhubungan yang konstruktif antara kebudayaan dan politik dapat dibagi menjadi dua bagian penting antara lain pertama, kebudayaan adalah pemacu adrenalin diri manusia untuk dapat menjadikan hidup dan kehidupan bermakna. Kedua, politik mampu untuk menunjuk kekuasaan itu sebagai bagian untuk membantu menentukan agar makna yang ditemukan dalam kebudayaan mampu direalisasikan secara konstruktif pula.

Baca juga:  ‘’Quo Vadis’’ RUU Pertanahan

Kedua bagian yang dijadikan sesuatu penting dari tulisan ini dapat ditularkan ke dalam kancah perpolitikan praktis sehingga perpolitikan praktis itu memiliki kegunaan untuk membantu masyarakat agar tidak tercerabut dari akar kebudayaannya itu. Dimanapun mereka berada. Oleh karena itulah maka patut dicamkan secara ilmiah bahwa kebudayaan tidak terjebak ke dalam masa lampau, masa kini dan masa depan pun politik tidak terkuasai oleh kepentingan semata.

Pada dasarnya dapat dilandasi suatu bentuk kenyataan yang nyata bukan semu bahwa kebudayaan menjiwai kehadiran masyarakat dalam menentukan kegiatan hidupnya itu namun tidak jarang politik dapat mencederai masyarakat dengan jalan menjadikan kebudayaan sebagai bentuk kepentingan untuk sekedar mencari dukungan suara. Oleh karena itulah maka penting mengedepankan politik yang membangun kebudayaan sendiri. Artinya kebudayaan yang disadari secara nyata sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan nyata masyarakat itu adalah penting untuk menata kehidupan di masa kini dan di masa yang akan datang sehingga dapat mendatangkan kebudayaan baru yang saling berinteraksi dengan kebudayaan lama sehingga pula tidak ada yang dicederai.

Baca juga:  Aktualisasi Pancasila dan Visi Politik

Untuk itulah maka tulisan ini mengedepankan bagaimana politik dapat dicerahkan oleh kesadaran dalam dirinya untuk mengenal kebudayaan. Selanjut perkenalan dengan kebudayaan itu menghasilkan suatu bentuk kenyataan baru yang menentukan bahwa politik akhirnya bukan sekadar kekuasaan semata. Melainkan justru mampu menjadikan politik juga bukan sekadar kendaraan politik melainkan sarana bagi masyarakat untuk belajar. Belajar tentang bukan menghegemoni atas nama kebudayaan untuk kepentingan politik atau pun politik untuk kepentingan kebudayaan melainkan justru kebudayaan menjadi politik berbudaya serta politik menjadikan kebudayaan tertentu mampu untuk dikembangkan sebagai akar yang kuat atas perkembangan kualitas masyarakat itu sendiri. Bagaimana ini terjadi? Ini dapat terjadi jika pertama, masyarakat tidak dijebakkan ke dalam pertarungan politik praktis dan kedua, politisi tidak terjebak ke dalam kebudayaan yang semu dalam pengertian mengerti dan menyadari apa dan bagaimana sebetulnya kebudayaan bangsanya sendiri.

Dari dua di atas itu, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dan politik sebetulnya saling dapat membangun bersama menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan sejauh memang demikian adanya itu. Ini berarti bahwa kebudayaan dan politik mesti tidak dipertentangkan saja secara analitis ilmiah melainkan kebudayaan dan politik dicarikan jalinan eratnya secara analitis ilmiah pula adanya. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk berbudaya dan manusia sebagai makhluk politik sesungguhnya terjalin sebagai jalan keluar dari berbagai bentuk pertentangan yang tidak konstruktif. Seterusnya dapat diarahkan sedemikian rupa atas dasar kebenaran bahwa kebudayaan dan politik sebagai bagian dari kehidupan yang membina bukan membinasakan satu sama lainnya itu.

Baca juga:  Komunitas Praktisi Sekolah

Untuk itu, perlu diciptakan suatu bentuk perpolitikan nasional dan daerah yang memutuskan bahwa politik untuk mencerahkan rasionalitas manusia bukan untuk mengedepankan ego dan emosionalitas yang bersembunyi di balik ideologi politik. Oleh karena itulah kebudayaan menjadi penting sebagai bagian yang membantu politik dalam kerangka itu dan politik membantu kebudayaan dalam kerangka untuk menjalin kepentingan politik sebagai bukan kepentingan kebudayaan melainkan sebagai kebutuhan bagi kebudayaan agar kebudayaan tidak dipolitisir atau pun dipolitisasi.

Penulis, Dosen Fakultas Filsafat UGM

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *