SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kualitas saluran irigasi di Subak Pau, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan dipertanyakan petani. Pasalnya, belum sebulan tuntas dibangun, sudah banyak terjadi kerusakan. Bahkan, itu dkhawatirkan tak mampu bertahan lama.
Berdasarkan pantauan, Kamis (21/12), saluran irigasi yang memiliki panjang sekitar 580 meter ini sudah retak dan mengelupas dibeberapa titik. Bahkan ada yang sempat jebol, namun sudah tersentuh perbaikan. Klian Subak setempat, I Wayan Subrata mengatakan proyek tersebut berasal dari Pemkab Klungkung, dengan anggaran sekitar Rp 540 juta. Pengerjaan sudah dinyatakan rampung sekitar tiga minggu lalu. “Setelah itu ada jebol di tiga titik. Ada yang sudah retak,” katanya.
Pengerjaan proyek tersebut juga terkesan belum sepenuhnya tuntas. Sebab, dibeberapa titik, masih ada celah yang belum diurug. Hal tersebut dinilai mengakibatkan air mudah masuk dan pemicu jebol. “Saya tidak tahu secara pasti soal proyek ini. Waktu ini sudah ada dari pemkab yang ke sini melakukan pengecekan,” bebernya.
Disampaikan lebih lanjut, petani juga dibuat bertanya-tanya akan proyek tersebut. Pasalnya, saluran yang tersentuh perbaikan tidak merata, melainkan terputus sepanjang sekitar 100 meter. “Pembangunan ada dimulai dari utara, ada dari selatan. Ditengah-tengah tidak tersentuh. Kata pelaksana, memang gambarnya seperti itu,” terangnya.
Pembangunan lanjutan dikabarkan direncanakan pada 2018. Hal tersebut memang menjadi hal positif. Namun disisi lain juga berpotensi kembali mengakibatkan petani mengalami tunda tanam padi sebagai imbas penutupan saluran. “Sekarang saja sudah lima bulan lebih menunggu tanam padi. Kalau nanti ada pembanguan lagi, akan kembali seperti itu. Kami berharap pembangunan kedepan bisa nyambung sekalian. Tidak terputus-putus,” ungkap Subrata.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman Klungkung, I Made Jati Laksana mengatakan proyek yang anggarannya bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) itu masih tahap pemeliharaan. Pada kurun waktu enam bulan setelah pengerjaan, perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab pelaksana. “Kalau ada kerusakan, kami segera turun untuk mengecek,” ungkanya.
Adanya saluran yang belum tersentuh perbaikan, sambungnya karena belum masuk skala prioritas. Dalam artian masih bisa bertahan lebih lama dari pada lokasi lainnya. Namun, kedepan ini tetap masuk dalam perencanaan perbaikan lanjutan. “Kami tetap mengacu perbaikan sesuai prioritas,” terangnya.
Tahun ini, proyek irigasi yang digelontorkan pemkab mencapai 22 paket. Seluruhnya sudah selesai dikerjakan. Soal kualitas, akan terus dievaluasi. Sementara itu, pelasksana proyek, Komang Suardana mengaku sudah rutin melakukan perbaikan. “Untuk perbaikan sudah dilakukan,” katanya.
Ia pun menjelaskan kerusakan tersebut disebabkan karena sering diguyur hujan lebat saat pengerjaan. “Saat pengerjaan, hujan lebat. Itu mempengaruhi pengeringan,” tandasnya. (sosiawan/balipost)