Tangkapan layar paparan perbandingan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia oleh Kepala BPS RI Margo Yuwono pada Rakor Pengendalian Inflasi Daerah secara virtual, Kamis (8/2/2023). (BP/Ant)

TANJUNG SELOR, BALIPOST.com – Sebanyak delapan provinsi di Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi di atas tingkat inflasi, salah satunya adalah Kalimantan Utara. Hal tersebut diungkapkan Kepala BPS RI Margo Yuwono pada Rakor Pengendalian Inflasi secara virtual yang dipimpin Mendagri Tito Karnavian, Rabu (8/2).

“Contoh bagus Maluku. Pertumbuhan ekonominya bagus 22,94 persen, inflasinya hanya 4,27. Begitu juga di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat,” kata Margo Yuwono.

Baca juga:  Eni Pasok Gas PLTDG Bali

Dikutip dari kantor berita Antara, BPS memperlihatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Utara 5,34 persen dengan tingkat inflasi yang rendah yakni 4,47 persen. Provinsi Sulawesi Tengah pertumbuhan ekonominya melesat 15,17 persen dengan tingkat inflasi yang rendah hanya 5,96 persen. DKI Jakarta dengan pertumbuhan ekonomi 5,25 persen dengan tingkat inflasi 4,21 persen. Kalimantan Tengah ekonominya tumbuh 6,45 persen dengan inflasi 6,32 persen. Kemudian Sulawesi Utara dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,42 persen dengan inflasi 4,27 persen.

Baca juga:  Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Denpasar Ditunda

Adapun Nusa Tenggara Barat tumbuh ekonominya 6,95 persen dengan tingkat inflasi 6,23 persen. Serta Papua dengan pertumbuhan ekonomi 8,97 dengan tingkat inflasi yang rendah yaitu 5,68 persen. “Papua 8,97 pertumbuhan ekonominya, inflasinya hanya 5,68. Artinya secara agregat kalau pertumbuhan ekonomi diartikan secara makro adalah pertambahan pendapatan dari masyarakat, berarti secara agregat, pertumbuhan pendapatan yang dicerminkan pada pertumbuhan ekonomi, itu meningkat 8,97 persen dan lebih tinggi dibandingkan inflasinya,” ujar Margo.

Baca juga:  Hari Ini, Nasional Hanya Laporkan 1 Korban Jiwa COVID-19

Margo mengingatkan, agar tetap hati-hati membaca pertumbuhan ekonomi karena harus dikaitkan dengan distribusi pendapatan dan sumber-sumber pertumbuhan suatu provinsi perlu dilihat agar bisa memaknai angka pertumbuhan ekonomi dengan baik. “Yang lainnya perlu mendapat catatan karena agregat pertumbuhan ekonominya bergerak lebih rendah dibanding inflasi,” katanya. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN