NEGARA, BALIPOST.com – Menurunnya kunjungan wisatawan ke Bali juga berdampak pada para nelayan di Jembrana, khususnya nelayan lobster. Sebab, hasil tangkapan nelayan umumnya diserap restoran dan hotel.
Kondisi ini membuat nelayan kesulitan memasarkan lobster tangkapannya. Padahal, belakangan para nelayan lobster ini mendapat tangkapan yang cukup banyak. Namun ketika dijual ke pengepul, harganya tidak sesuai harapan. “Harganya jauh turun. Padahal sudah senang dapat banyak tangkapan. Katanya banyak konsumen yang mengurangi (lobster),” keluh Samsuri, salah satu nelayan di Desa Pengambengan, kecamatan Negara.
Lobster dengan berat 2 ons ke atas biasanya harganya tinggi. “Perkilogramnya empat ratus ribu rupiah, inipun masih setengah dari harga sebelumnya,” terangnya.
Sekarang nelayan juga harus memilah lobster yang ditangkap sesuai dengan aturan yakni di atas dua ons.
Kondisi tersebut juga dibenarkan pengepul udang, Amranah. Hasil pembelian udang lobster dari para nelayan belakangan sangat menurun. Terutama untuk kebutuhan usaha hotel dan restoran di Bali. “Sekarang jarang ada pesanan, katanya permintaan hotel menurun. Itu kolam masih penuh,” ujarnya sambil menunjukkan kolam penampung penuh dengan lobster.
Iapun khawatir bila tidak segera dibeli, lobster yang ditampung itu akan mati. Kendati masih bisa dijual, harganya jauh lebih murah.
Agar usahanya tetap jalan, Amranah menjual udang ke lesehan-lesehan ikan bakar lokal. Amranah yang sudah bertahun-tahun menampung udang lobster dari nelayan tradisonal, mengaku tetap menjalankan usahanya walaupun belakangan merugi.
Sebab, ia dan para nelayan tradisional ini sudah bertahun-tahun bekerjasama. Ia meyakini pasar lobster akan kembali bagus. “Kasihan nelayan, tangkapan banyak, tapi pesanan berkurang. Tetap saya tampung agar mereka juga ada penghasilan,” ujarnya. (Surya Dharma/balipost)