AMLAPURA, BALIPOST.com – Di tengah status awas Gunung Agung, anak-anak SD perwakilan masing-masing Karangasem cukup antusias mengikuti lomba Masatua Bali, Sabtu (23/12). Lomba yang dipusatkan di Lapangan Candrabhuana, Amlapura ini, cukup menarik, karena peserta mampu tampil maksimal.

Beberapa di antaranya adalah anak-anak pengungsi Gunung Agung. Bahkan, dalam bahan mesatuanya, salah satu peserta menceritakan pengalamannya saat mengungsi dalam situasi panik maupun saat hidup dalam pengungsian.

Setiap kecamatan, mengirim dua wakil peserta siswa SD, laki-laki dan perempuan. Total, ada 16 peserta mengikuti lomba Masatua Bali yang diselenggarakan Penyuluh Bahasa Bali di Karangasem ini.

Salah satu peserta dari anak pengungsi Gunung Agung, I Gusti Ayu Agung Marsya Putri Marimbi, mengaku sengaja mengelaborasi pengalamannya saat harus mengungsi dari rumahnya di Desa Selat, Kecamatan Selat menuju ke rumah kerabatnya di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung.

Baca juga:  Kontribusi Langsung ke Daerah, UPBJJ-UT Denpasar Bali Gandeng Pemkab Karangasem

Siswa kelas VI SDN 2 Selat ini mengaku teringat terus pengalamannya mengungsi meninggalkan rumahnya. “Memori saat mengungsi itu tiba-tiba terbawa saat lomba,” kata siswa yang menyisipkan pengalaman mengungsinya dalam cerita “Lutung dadi Pecalang” itu.

Menurutnya, menjadi pengungsi Gunung Agung, menjadi pengalaman berharga. Tinggal di tempat baru, bersekolah di sekolah baru.

Demikian juga dengan teman-teman baru di sekolah sekitar tempatnya mengungsi. Tetapi, situasi demikian tak menyurutkan niat untuk terus belajar, agar nanti bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan mendapatkan sekolah favorit.

Ajang ini cukup mampu menunjukkan kemampuan siswa SD dalam Masatua Bali. Anak-anak dari setiap kecamatan mampu tampil maksimal dengan cerita yang dibawakannya, dalam lomba itu. Seperti penampilan I Kadek Anya Sorpitayani, siswa kelas VI SDN 2 Culik, Kecamatan Abang yang tampil lugas dalam cerita “I Katak lan I Lelipi Gadang” dalam durasi waktu 15 menit. “Sudah biasa ikut lomba. Latihan cuma empat kali,” kata siswa asal Banjar Geria, Desa Culik.

Baca juga:  HLF MSP 2024 Berencana Atasi Tiga Permasalahan Dunia

Ketua Panitia kegiatan dari Penyuluh Bahasa Bali, I Kadek Sugita Arnadi, S.Pd.B mengatakan Masatua Bali dipilih sebagai tema lomba tahun ini untuk terus melestarikan budaya masyarakat Bali yang bersifat tradisional. Lomba ini khusus menyasar anak SD sebagai bentuk realisasi dari kegiatan Penyuluh Bahasa Bali pada anak-anak SD di seluruh kecamatan.

Lomba menghadirkan tiga juri dari Listibya (Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan) Karangasem, seperti Ketua Listibya Drs. I Nyoman Putra Suarjana, M.Si., bersama dua orang juri lainnya Ida Nyoman Sugata, S.Pd dan I Wayan Sadra.

Baca juga:  Pengungsi di GOR Swecapura, Mulai Alami Gangguan Kesehatan

Setelah melalui proses penjurian, keluar sebagai juara I untuk kategori putra, diraih peserta dengan nomor undian 07, wakil dari Kecamatan Rendang. Juara II diraih peserta dengan nomor undian 08 wakil Kecamatan Karangasem dan juara III diraih peserta nomor undian 05 wakil dari Kecamatan Abang.

Sementara untuk kategori putri, juara I diraih peserta dengan nomor undian 05 wakil dari Kecamatan Sidemen. Juara II diraih peserta dengan nomor undian 04 wakil dari Kecamatan Bebandem dan juara III diraih peserta dengan nomor undian 02 wakil dari Kecamatan Abang. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *