WASHINGTON, BALIPOST.com – Amerika Serikat akan memperluas sanksi ke Rusia. Presiden Amerika Serikat Joe Biden dijadwalkan mengumumkan sanksi baru itu pada Jumat (24/2).
Sanksi tambahan ini meluas ke sektor industri dari negara lain yang mendukung perang Rusia di Ukraina, kata Gedung Putih. Hal itu disampaikan Biden ketika dia bertemu secara virtual dengan para pemimpin negara anggota Kelompok Tujuh (G7) lainnya.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre pada Kamis (23/2) mengatakan kepada wartawan bahwa target sanksi baru AS itu termasuk bank Rusia, industri teknologi dan pertahanan, dan para aktor di negara lain yang berusaha untuk “mencari celah dan menghindari sanksi yang diterapkan”.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, dikutip dari Kantor Berita Antara, secara terpisah mengatakan bahwa sejumlah perusahaan China yang aktif menghindari sanksi yang ada akan menjadi salah satu target dari sanksi “luas” yang akan diterapkan itu.
Asisten menteri luar negeri AS untuk urusan politik Victoria Nuland, dalam acara Washington Post, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan membatasi “entitas berbasis China atau anak perusahaan China di Eropa”. Nuland menekankan bahwa dugaan aktivitas entitas China “bukan sesuatu yang dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi walaupun China mengaku netral.”
Pertemuan daring yang akan diselenggarakan oleh Jepang, yang tahun ini memegang kursi kepresidenan G7, bertepatan dengan peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina. Pertemuan itu akan dihadiri oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selain dihadiri para pemimpin G7, yang juga termasuk AS, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman dan Italia, ditambah Uni Eropa.
“G7 telah menjadi jangkar tanggapan kami yang kuat dan bersatu terhadap Rusia,” kata Jean-Pierre.
“Besok, para pemimpin akan membahas cara-cara untuk kami terus mendukung Ukraina dan terus meningkatkan tekanan pada (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan semua pihak yang memungkinkan agresinya,” ujarnya.
Jean-Pierre juga mengatakan Amerika Serikat akan memberikan lebih banyak bantuan bagi Ukraina untuk menolong negara itu melindungi warganya dari perang yang berkepanjangan, menyediakan layanan dasar seperti listrik, dan untuk meningkatkan keberhasilan militer Ukraina di medan perang.
Selama konferensi pers harian, jubir Gedung Putih itu memuji pengumuman yang disampaikan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada awal pekan ini bahwa Tokyo akan memberikan bantuan keuangan tambahan sebesar 5,5 miliar dolar AS untuk pembangunan kembali infrastruktur di Ukraina.
“Aliansi kami dengan Jepang dan kemitraan kuat Jepang dengan negara-negara di Eropa menunjukkan poin yang telah kami buat selama ini … Indo-Pasifik dan Atlantik bukanlah teater yang terpisah di sini, tetapi terkait erat satu sama lain,” kata Jean-Pierre. (kmb/balipost)