JAKARTA, BALIPOST.com – Sebanyak 81 titik panas atau hotspot kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Hal itu dideteksi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Dua hari lalu saya cek jumlah hotspot 81 (titik lokasi). Tahun lalu, 64 (titik lokasi). Jadi, kita sedikit lebih keras (memadamkan titik panas),” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya usai menghadiri peluncuran gerakan nasional Hari Kompos di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (26/2).
Kementerian LHK mewaspadai kemunculan titik panas di wilayah bagian utara Pulau Sumatra, seperti Aceh yang telah mengalami kebakaran hutan dan lahan gambut pada beberapa hari lalu.
Siti menyampaikan bahwa kasus kebakaran yang terjadi di Aceh saat ini sudah mampu diatasi melalui berbagai upaya yang dilakukan secara optimal.
Selain mewaspadai kebakaran di Aceh, Kementerian LHK juga menaruh perhatian serius terhadap Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Barat karena daerah itu memiliki hutan hujan tropis dan lahan gambut yang terbilang luas. “Jadi kalau kebakaran hutan ini bisa diatasi, kita bisa membereskan dampak perubahan iklim,” ujar Siti.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa peristiwa kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia berkontribusi terhadap pelepasan sekitar 400 juta ton setara karbon dioksida ke atmosfer.
Kementerian LHK saat ini terus berusaha keras untuk mencegah adanya hutan dan lahan lahan gambut yang terbakar melalui berbagai langkah mitigasi agar target penurunan emisi dari sektor hutan dan lahan sebesar minus 140 juta ton setara karbon dioksida bisa terwujud pada tahun 2030.
Menteri Siti mengungkap bahwa pemerintah sudah punya solusi permanen untuk menanggulangi peristiwa kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia mulai dari pemantauan titik panas, patroli, pengelolaan lahan tanpa bakar, hingga modifikasi cuaca.
Di beberapa daerah, imbuhnya, api bisa datang dari dalam gambut karena di bawah lahan gambut itu ada batu bara. “Kalau kita melihat hotspot tinggi dan udara kelihatan rawan, kami melakukan modifikasi cuaca untuk membuat hujan, sehingga lahan gambutnya basah,” kata Siti. (Kmb/Balipost)