Djoko Subinarto. (BP/Istimewa)

Oleh Djoko Subinarto

Bahasa daerah adalah identitas suatu wilayah yang membedakannya dengan wilayah lain, memuat nilai budaya, sejarah dan juga keunikan wilayah tersebut. Indonesia memiliki 718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia berdasarkan kajian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1991 hingga 2019 (dataindonesia.id).

Dari 718 bahasa daerah di Indonesia, banyak yang berstatus kritis akibat hilangnya penutur utama yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan kepada generasi berikutnya. Provinsi Bali memiliki dua dialek bahasa daerah yang digunakan masyarakat Bali yaitu dialek Bali Aga atau Bali Mula yang dituturkan didaerah dataran tinggi pulau Bali dan Bali Daratan yang dituturkan didaerah dataran rendah pulau Bali yang dipengaruhi oleh kekuasaan Majapahit.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali merilis persentase penduduk Bali dengan penggunaan bahasa daerah dikeluarga dan ditetangga atau kerabat berdasarkan generasi. Generasi Post Gen Z atau yang saat ini berusia sembilan tahun sebanyak 78,82% menggunakan bahasa daerah dikeluarga dan 75,89% menggunakan bahasa daerah dilingkungan kerabat atau tetangga. Sementara itu Generasi Z atau yang saat ini berusia 25-10 tahun sebanyak 88,07% menggunakan bahasa daerah dikeluarga dan 84,20% menggunakan bahasa daerah dilingkungan kerabat atau tetangga. Jika dibandikan secara nasional penggunaan bahasa daerah pada Generasi Z Bali dilingkungan keluarga nilainya masih dibawah Provinsi Jawa Timur yang penggunaan bahasa daerahnya mencapai 88,29% dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 86,75%, begitupula dengan penggunaan bahasa daerah dilingkungan kerabat atau tetangga nilainya masih dibawah Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyajarta, Jawa Timur, dan NTB.

Trend penurunan persentase penduduk yang menggunakan bahasa daerah di Bali baik dalam lingkungan keluarga maupun dilingkungan tetangga atau kerabat mengalami penurunan dari Generasi Pre Boomer (saat ini berusia 77 tahun atau lebih) ke Generasi Post Gen Z. Pernikahan campuran antara suku Bali dengan suku lainnya atau dengan warga negara asing, pergaulan dengan tamu asing dan munculnya sekolah bertaraf internasional yang tidak memiliki matapelajaran bahasa Bali mendorong semakin rendahnya pengunaan Bahasa Bali pada Generasi Post Gen Z.

Baca juga:  Mengenal PNBP dan Kondisinya Kini

Bali merupakan wilayah pariwisata yang memiliki kearifan lokal budaya yang kental, bahasa Bali menjadi bagian dari hal itu dan menjaga eksistensinya bahasa Bali dikalangan masyarakat khususnya generasi penerus Bali adalah hal yang penting bagi pendukung pariwisata Bali. Mempelajari bahasa daerah perlu dilakukan sejak dini terutama diwilayah perkotaan yang rentan dengan kondisi multikultur. Pemerintah pusat sudah melakukan berbagai upaya dalam merevitalisasai bahasa daerah dengan mendorong generasi muda untuk belajar bahasa dan sastra. Pewarisan bahasa daerah ini telah diupayakan secara terstruktur dan kontekstual baik berbasis sekolah maupun keluarga dan komunitas.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek dalam mengembangkan program Revitalisasi Bahasa Daerah pada kebijakan Merdeka Belajar mendorong generasi muda untuk belajar bahasa dan sastra serta mendorong para penutur lokal mewariskan bahasa ibu ke generasi berikutnya. Pengembangan bahasa daerah tentunya perlu diselaraskan dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini, salah satu bentuk pengembangan bahasa daerah Bali dibidang teknologi adalah diluncurkannya keyboard yang menggunakan Aksara Bali oleh Gubernur Bali, Wayan Koster pada Bulan September 2021. Provinsi Bali memiliki program Bahasa Bahasa Bali dan Bulan Februari tahun 2023 adalah Bulan Bahasa Bali V yang bertemakan Segara Kerthi: Campuh Urip Sarwa Prani. Program ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi pelestarian adat Bali terutama dalam menumbuhkembangkan aksara, sasatra dan bahasa Bali.

Baca juga:  Bali Perlu Anda, Jadilah “Volunteer” Promotor!

Pada era digitalisasi, penggunan aneka bahasa semakin meluas melintasi batas negara. Masyarakat Bali saat ini sebagian sudah menjadi masyarakat bilingual dan bahkan multilingual. Garvin dan Mathiot menyatakan bahwa terdapat tiga ciri sikap bahasa yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa dan kesadaran adanya norma bahasa. Melalui tiga ciri tersebut dapat dilihat apakah seseorang masih konsisten menggunakan bahasa daerah. Untuk menumbuhkan kesetiaan dan kebanggaan bahasa daerah Bali pada Generasi Post Gen Z dan Generasi Z diperlukan pemacu untuk bisa menjadi bangga dan akhirnya setia menggunakan bahasa Bali di tengah kondisi multilingual.

Belajar dari negara Korea Selatan yang mampu membuat banyak penduduk Indonesia tertarik bahkan mendalami adat dan bahasa Korea Selatan sehingga menimbulkan sebuah kebanggan bagi diri sendiri saat fasih berbahasa Korea Selatan, ternyata negara Korea Selatan juga telah lama berusaha melestarikan bahasanya dengan mengembangkan jumlah penutur bahasa Korea di seluruh dunia. Korea Selatan dinilai sukses mengantarkan bahasa Korea menjadi bahasa yang menarik untuk dipelajari setelah karya seni drama dan KPOP menjadi hiburan favorit yang mendunia. Korea Selatan mengemas budaya dan bahasa dalam sebuah karya seni yang bisa dinikmati tidak hanya penduduk dinegaranya. Korea Selatan memiliki website resmi dari kementrian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan khusus untuk belajar Bahasa Korea yang menyediakan beberapa pilihan bahasa dunia termasuk Indonesia, dalam website tersebut dimuat materi terkait pembelajaran bahasa Korea yang interaktif sehingga mempermudah dalam pembelajaran.

Baca juga:  Revitalisasi Bahasa Bali

Perlu adanya kemudahan akses mempelajari bahasa Bali yang didukung dengan kemajuan digitaliasasi dalam membangkitkan kebanggan penduduk Bali dalam berbahasa Bali. Bakat Seni penduduk Bali dapat dikelola menjadi sebuah karya seni yang dapat mengantarkan bahasa Bali menjadi bahasa popular di dunia, sehingga kebanggan menggunakan bahasa Bali terutama pada generasi Post Gen Z dan Generasi Z dapat ditingkatkan kembali. Belum lama ini penyanyi asal Bali berhasil membuat banyak masyarakat Indonesia dan juga luar negeri menikmati lagunya dengan lirik yang menggunakan campuran bahasa Bali dan bahasa Indonesia, dengan adanya  pemanfaatan digitalisasi secara inovatif dan kreatif, peluang membangkitkan kesadaran berbahasa Bali dapat dilakukan dengan mudah.

Akses terhadap kesempatan belajar bahasa Bali dapat diperluas dengan adanya situs belajar bahasa Bali yang dikemas secara kekinian. Pengembangan situs belajar bahasa Bali kedepannya menjadi hal yang penting ditengah digitalisasi saat ini. Tidak lagi terpaku dalam bangku pendidikan formal, sosialisasi bahasa Bali dapat dilakukan dimanapun dengan kemajuan teknologi. Pengembangan kamus bahasa Bali online baik dalam bentuk website maupun aplikasi yang dapat di unduh dalam smart phone dapat menjadi sarana yang efektif dalam mengajak generasi muda Bali belajara Bahasa Bali lebih mudah. Selain itu ditengah semakin menjamurnya channel youtube dengan tema komedi, pembelajaran Bahasa Bali dengan cara kekinian dapat dikemas dalam suasana drama komedi yang membuat generasi saat ini memperlajari bahasa Bali dengan lebih menyenangkan. Selamat Bulan Bahasa Bali ke Lima.

Penulis, kolumnis dan bloger

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *