TABANAN, BALIPOST.com – Desa Adat Tunjuk, Kecamatan Tabanan, selalu berupaya melestarikan adat budaya Bali. Tak hanya lewat kegiatan Bulan Bahasa Bali saja, namun juga melalui kegiatan pasraman khusus siswa tingkat SD di desa setempat. Bahkan kegiatan pasraman ini sudah mulai berjalan sejak Agustus 2021 silam sampai saat ini.
Bendesa Adat Tunjuk, I Made Nawa, menjelaskan, kegiatan pasraman di Desa Adat Tunjuk dilaksanakan rutin setiap hari Kamis. Pihak dari Bendesa Adat Tunjuk berkomitmen kegiatan pasraman di Desa Adat Tunjuk berjalan berkelanjutan, sebab Desa Adat Tunjuk menilai kegiatan pasraman ini sangat penting untuk mencetak dan menyiapkan generasi muda yang mampu menjaga dan meneruskan adat dan budaya Bali. Memperkenalkan kepada generasi muda bahwanya adat istiadat dan budaya Bali harus tetap dijaga karena Bali terkenal akan Budaya, Adat Istiadat dan Kesakralannya Bali.
“Sampai saat ini astungkara masih tetap berjalan dengan jumlah peserta sekitar 30 orang. Meski jumlahnya berkurang karena ada yang sudah tamat SD, termasuk peserta yang baru masih terkesan malu malu untuk ikut bergabung ke pasraman, tetap kami upayakan kegiatan ini bisa berlanjut,” terangnya, Rabu (1/3).
Lanjut, kata Made Nawa, kegiatan pasraman ini untuk meningkatkan budi pekerti generasi muda saat ini. Serta menambah pembelajaran atau materi terkait dengan agama maupun Bahasa Bali yang sudah didapat di sekolah masing-masing. Bahkan kegiatan pasraman sempat dihentikan sementara lantaran kasus covid saat itu meningkat di wilayah desa, namun hanya tiga bulan saja untuk selanjutnya kembali terlaksana dengan baik.
“Pasraman ini juga bisa dijadikan ajang silahturahmi para siswa SD di lingkungan 12 banjar adat yang ada di Desa Tunjuk. Karena mereka SD-nya tidak satu sekolah, namun menyebar. Tetapi saat pasraman mereka bisa bertemu dan saling kenal. Untuk nantinya bisa lebih akrab sampai dengan melangkah remaja bahkan dewasa,” harapnya.
Dimana kegiatan pasraman selama kurang lebih 1,5 jam tersebut, anak-anak diberikan materi tentang Bahasa Bali dan Nyastra Bali. Materi diberikan oleh penyuluh bahasa Bali dari desa setempat (desa Tunjuk) serta ada juga penyuluh Bahasa Bali dan Agama dari Kecamatan Tabanan yang ikut berpartisipasi.
“Ini adalah salah satu upaya kami di desa adat untuk melestarikan Bahasa Bali dan Sastra Bali, karena kecenderungan anak-anak sekarang ini dalam kesehariannya banyak menggunakan bahasa Indonesia. Sekarang pelan-pelan dikembalikan lagi ke bahasa ibu atau Bahasa Bali,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)