Salah satu tower Mitratel yang memanfaatkan energi surya untuk operasionalnya di Klungkung. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Seiring digenjotnya gelaran teknologi 5G, jaringan fiber optic diprediksi makin dibutuhkan. Sehingga bisnis jaringan fiber optic ini menjanjikan. Demikian dikemukakan Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), Theodorus Ardi Hartoko, Kamis (16/3) di Gianyar.

Menurut Teddy, panggilan akrab Theodorus, 5G tidak boleh ada delay yang lama sehingga diperlukan kesiapan jaringan fiber optic yang mumpuni. “Mitratel berhasil menerima pesanan jaringan fiber optic sepanjang 25 ribu kilometer atau setara 30 persen dari total fiber rollout mobile network operator (MNO). Dengan tambahan akuisisi 6 ribu kilometer jaringan FO, saat ini Mitratel telah memiliki aset jaringan fiber optic sepanjang 16.641 kilometer dan akan terus dibangun dan diperluas,” jelasnya.

Baca juga:  Festival Sego Lemeng Warnai Promo Wisata Tahunan Banyuwangi

Ia pun optimis bisnis menara di Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan yang tinggi. Hal ini didasari beberapa faktor seperti rasio densitas menara terhadap penduduk yang masih sangat rendah dan penetrasi 5G yang akan mencapai 27 persen di 2025.

Tahun ini, Teddy memaparkan, fokus utama Anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara Telkom Indonesia ini adalah memonetisasi aset menara untuk menambah tenant. Fokus kedua adalah menjaga dominasi atas pemenuhan rollout MNO dan penyediaan bisnis pendukung lainnya.

Baca juga:  Tahun Ini, Telkom Denpasar Targetkan Separuh Jaringan Tembaga Beralih ke FO

Fokus terakhir adalah melakukan proses transformasi digital melalui peningkatan infrastruktur digital, perampungan aplikasi inti, dan pengembangan sistem keamanan. Pertumbuhan pendapatan pada tahun ini ditargetkan tumbuh sebesar 11 persen, jauh lebih tinggi dari industri yang diperkirakan tumbuh sekitar 4 persen.

Selain itu ia juga tetap menjalankan strategi pertumbuhan bisnis organik dan inorganik berupa penambahan 4 ribu tenan dan mengakuisisi 1,5 ribu aset menara serta membangun jaringan fiber optik sepanjang 13 ribu kilometer dengan total belanja modal dianggarkan sekitar Rp 7 triliun. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Hindari Risiko Kanker, Kemenkes Anjurkan Pola Makan "Isi Piringku"
BAGIKAN